Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pengamat, baik Normalisasi maupun Naturalisasi Berisiko Gusur Warga

Kompas.com - 08/02/2018, 22:37 WIB
David Oliver Purba,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, meski berbeda penerapan, konsep normalisasi dan naturalisasi sungai punya risiko yang sama.

Kedua konsep ini sama-sama akan mengakibatkan relokasi permukiman warga yang ada di bantaran sungai.

Sebab, menurut Nirwono, baik normalisasi maupun naturalisasi membutuhkan lahan untuk pelebaran sungai.

"Sistem naturalisasi ini memberikan risiko yang sama yaitu merelokasi permukiman yang ada di bantaran kali. Walaupun normalisasi harus diganti naturalisasi namanya, untuk penataan kali warga harus direlokasi untuk optimalisasi daya tampung air," ujar Nirwono kepada Kompas.com, Kamis (8/2/2018).

Baca juga : Normalisasi dan Naturalisasi Sungai, Apa Bedanya?

Nirwono mengatakan, lebar lahan yang diperlukan untuk konsep naturalisasi biasanya setengah dari lebar sungai.

Bila lebar sungai 30 meter, maka sisi kiri dan kanan sungai untuk naturalisasi diperlukan selebar 15 meter. Namun, kata Nirwono lebar lahan yang diperlukan ini bisa disesuaikan dengan lahan yang ada.

"Sebenarnya fleksibel (lebar lahan), artinya kalau 30 meter, kan perlunya 15 meter, tetapi kompromi masih dimungkinkan umpamanya 7,5 meter masih bisalah," ujar Nirwono.

Nirwono mengatakan, untuk merealisasikan konsep naturalisasi itu, seharusnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mulai fokus untuk menyiapkan hunian bagi warga yang terdampak relokasi, salah satunya rusunawa.

"Pelebaran sungai mau tidak mau membuat warga direlokasi. Makanya bukan digusur tapi digeser. Harusnya yang dibahas adalah warga itu digeser ke mana," ujar Nirwono.

Ia pun menyarankan Pemprov DKI Jakarta mengejar pembangunan unit rusun untuk relokasi warga.

"Saya enggak tahu dengan pergantian gubernur ini apakah pengerjaan itu dikebut apa enggak. Sepertinya bukan menjadi prioritas Pak Anies-Sandi. Kalau diperhatikan malah cenderung didorong rumah nol persen," ujar Nirwono.

Baca juga : Ditanya Normalisasi Sungai, Gubernur Anies Jawab Naturalisasi

Adapun normalisasi merupakan konsep penanggulangan banjir dengan melakukan pelebaran sungai dan betonisasi.

Sama dengan normalisasi, melalui naturalisasi juga dilakukan pelebaran sungai. Namun, penataan di pinggir sungai menggunakan ekosistem hijau dengan penanaman pohon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com