Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Target Jarak Tempuh Angkot OK-Otrip, Ini Saran Organda

Kompas.com - 23/02/2018, 14:11 WIB
Stanly Ravel,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Organda DKI Shafruhan Sinungan menilai, target jarak tempuh untuk angkutan kota (angkot) yang tergabung dalam OK Otrip sedianya dilihat dari kondisi wilayah angkot tersebut beroperasi.

Menurut dia, setiap angkot di setiap wilayah memiliki ritase yang jaraknya berbeda-beda. Oleh karena itu, kata dia, jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mematok target 190 kilometer per hari untuk angkot OK Otrip di Tanah Abang, sedianya ada solusi apabila target itu tidak tercapai.

"Itu (190 km) tidak apa-apa dijadikan target, namun pemerintah juga harus punya win-win solution lain andai kata target itu tidak terpenuhi oleh para sopir," ucap Shafruhan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/2/2018).

Baca juga : Dishub Rekomendasikan Transjakarta Naikan Tarif Rupiah Per Kilometer OK Otrip

Ia menanggapi unjuk rasa sopir angkot M08 trayek Tanah Abang-Kota yang mempermasalahkan sejumlah syarat bagi sopir yang ingin tergabung dalam OK Otrip. Salah satu syaratnya yakni target jarak tempuh 190 kilometer.

Padahal, menurut sopir yang berunjuk rasa, rata-rata sopir angkot M08 hanya bisa menempuh jarak tak lebih dari 150 km per hari. 

Terkait target jarak tempuh ini, Shafruhan juga menilai perlunya memperhitungkan kondisi lalu lintas di wilayah angkot itu beroperasi serta memperhatikan waktu istirahat para sopir.

Ia juga mengingatkan bahwa akumulasi jarak tempuh angkot akan berbeda setiap harinya. Bahkan, jarak tempuh antara sopir pada shift satu dan dua juga akan berbeda.

"Satu angkot OK Otrip punya dua sopir karena kerjanya shift. Antar-sopir yang narik pagi dan sore kan beda situasi jalannya," ujarnya.

Baca juga : Kalau Dibatasi, Nanti Angkot Manual Tergerus Angkot OK Otrip

Mungkin, lanjut Shafruhan, saat sopir narik di pagi hari, kondisi jalan lebih lancar dan capaian ritasenya bisa banyak sehingga berdampak pada target kilometer, sedangkan yang sore mungkin lebih sedikit karena macet.

"Kondisi ini kan perlu win-win solution, saya pernah bilang waktu itu untuk diukur berdasarkan jarak maksimal dan minimal," ucapnya.

"Contoh kalau sopir ternyata narik lebih dari 190 km, misal 210 km, itu jatuhnya tetap jarak maksimal di angka 190 km, tetapi kalau rata-rata hanya 160-170 km, bisa dihitung jarak minimal. Jadi tetap ada hitunganya, sama-sama saling mendukung," paparnya.

Kompas TV Pertemuan Pemprov Jakarta dengan sopir angkutan umum Tanah Abang kembali berlanjut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com