Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Mengeluh, Pendapatannya Berkurang Setelah Pindah ke Lokbin Kota Intan

Kompas.com - 01/03/2018, 20:04 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana lokasi binaan pedagang kaki lima di Taman Kota Intan, Kota Tua, Jakarta terasa sepi pada Kamis (1/3/2018).

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sejumlah pedagang yang ada di sana terlihat asyik mengobrol dengan pedagang lainnya.

Sementara itu, pengunjung yang mampir untuk membeli makanan dan minuman dapat dihitung dengan jari.

Sebagian besar toko yang terdapat di lokasi juga terlihat ditutupi terpal. Jumlah toko yang beroperasi pun tak mencapai setengahnya.

Padahal, Lokbin Taman Kota Intan terletak tak jauh dari salah satu destinasi wisata unggulan di Jakarta, yaitu kawasan Kota Tua.

Jarak antara Lokbin Taman Kota Intan dan Taman Fatahillah tak mencapai angka satu kilometer dan masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Baca juga : Tak Hanya Dinas UMKM, SKPD Lain Diminta Turun Tangan Ramaikan Lokbin Kota Intan

Pedagang di Lokbin Taman Kota Intan umumnya merupakan eks pedagang kaki lima di kawasan Kota Tua yang pindah sejak Oktober 2017. Sejumlah pedagang pun mengeluhkan kondisi sepi tersebut.

Amel, pedagang pecel ayam, mengaku belum mendapat pelanggan sejak dua hari terakhir. "Dari tahun baru ke sini selalu sepi, dari kemarin saja belum ngelayanin (pembeli). Bahan-bahan makanannya terpaksa dibuang," kata Amel.

Amel juga mengatakan, kondisi ekonominya jauh lebih baik ketika masih menjadi pedagang kaki lima ketimbang menjadi pedagang di lokbin. Ia menyebut pendapatannya turun hingga tiga kali lipat setelah pindah ke lokbin.

"Kalau di sana (Kota Tua) bisa dapat lebih dari sepuluh porsi. Kalau satu porsi Rp 25.000 kan lumayan bawa pulang Rp 250.000," kata Amel.

Keluhan yang sama juga dikemukakan Saiful, pedagang tas di Lokbin Taman Kota Intan. "Kalau dulu cukup-lah buat menghidupi anak istri, sekarang jauh dari itu, susah-lah," kata dia.

Saiful menyebut jumlah pengunjung di tokonya setiap hari masih bisa dihitung dengan jari. Ia pun hanya bisa menunggu kedatangan pelanggan dengan sabar.

Yahya, pedagang mi instan, juga hanya bisa bersyukur meski lapaknya sepi pembeli. "Kita bersyukur saja namanya juga cari rezeki. Walau dapat sedikit ya syukuri saja," kata Yahya.

Bekas pedagang kaki lima (PKL) itu mengatakan, pendapatannya menurun drastis setelah pindah ke lokbin. Ia juga merasa kecewa dengan menjamurnya PKL di Kota Tua.

"Bagaimana caranya pedagang liar di Kota Tua itu supaya tidak ada di sana dan semua balik dagang di sini," kata Yahya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com