JAKARTA, KOMPAS.com — CW, wanita paruh baya, tinggal bersama lima anak adopsinya di sejumlah hotel mewah di kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
Kanit V Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKP Hasiati Lawole mengatakan, CW sempat tinggal di Twin Plaza Hotel, Slipi, Jakarta Barat.
Kemudian, CW dan lima anak adopsinya juga tinggal di Hotel Menara Peninsula yang juga terletak di Slipi.
Baca juga: Bertahun-tahun Tinggal di Hotel, Lima Anak Adopsi CW Diikutkan Program Homeschooling
"Terakhir CW tinggal di Hotel Le Meridien di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, sejak tahun 2015 (sebelumnya ditulis 2005)," kata Hasiati kepada Kompas.com, Selasa (13/3/2018).
Ia mengatakan, di Hotel Le Meridien, CW menyewa dua kamar dengan harga sewa sekitar Rp 1,5 juta per hari.
"Berarti di Hotel Le Meridien CW mengeluarkan uang Rp 3 juta dalam satu hari hanya untuk tempat tinggal. Belum lagi untuk makan dan kebutuhan lainnya," ujarnya.
Baca juga: Selain Tinggal Bertahun-tahun di Hotel, CW Juga Ajak Anak Adopsinya Jalan-jalan ke Luar Negeri
Ia tak mengetahui berapa harga sewa dua hotel lain yang pernah ditinggali CW dan anak-anak adopsinya.
"Dua hotel lainnya juga hotel yang bagus, jadi pasti mahal juga. Nanti kami akan selidiki juga," ucap Hasiati.
Ia mengatakan, selama 2011-2014, CW menyewa sebuah rumah di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Baca juga: 4 Kejanggalan Kasus CW yang Tinggal Bertahun-tahun di Hotel Bersama Anak Adopsi
"Tapi, di tahun itu ia masih tinggal di Hotel Peninsula. Rumah itu katanya cuma digunakan untuk menaruh barang-barangnya," katanya.
Hingga kini, penyidik Polda Metro Jaya masih menelusuri asal mula uang CW untuk menunjang kehidupan mewahnya.
Pasalnya, CW diketahui berpendidikan rendah dan suaminya telah meninggal. Ia merasa biaya hidup mewah yang dikeluarkan CW untuk kelima anaknya terkesan sangat janggal.
Baca juga: Bawa 5 Anak yang Diadopsi, CW Berpindah Hotel Selama 10 Tahun
"Tiga anaknya diajak berlibur ke luar negeri, dua anak lainnya tidak diajak karena dokumen kelahiran tidak lengkap sehingga tidak bisa urus paspor. Anak-anak itu juga menjalani program homeschooling yang pasti biayanya tidak murah," ujar Hasiati.