JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan warga terlihat sibuk mengecat jalanan dan rumah-rumah mereka di perkampungan nelayan RW 04 Muara Kamal, Jakarta Utara, pada Rabu (14/3/2018). Hal itu sudah mereka lakukan sejak Selasa (13/3/2018).
Kegiatan itu diinisiasi oleh pihak kelurahan setempat untuk menghilangkan kesan kumuh di kawasan tersebut.
"RW 04 ini salah satu yang disebut paling kumuh di Jakarta. Kita berusaha mengubah dengan cara kita buat kampung pelangi," kata Kasie Pemerintahan dan Ketertiban Kelurahan Kamal Muara, Nur Soleh.
Rencana tersebut rupanya disambut positif oleh warga. Soleh mengatakan, warga sangat antusias saat pihak kelurahan menunjukkan rancangan kampung warna-warni.
Sejak pengecatan kampung dimulai pada Selasa (13/3/2018) kemarin, puluhan hingga ratusan warga telah melakulan pengecatan secara bergantian.
Baca juga : Melihat Proses Pengecatan Kampung Warna-warni di Kamal Muara
Pengecatan itu pun tidak hanya dilakukan para remaja. Anak-anak kecil hingga orang dewasa juga ikut turun tangan.
Aisyah misalnya, ibu yang sudah tinggal di Kamal Muara selama puluhan tahun itu tampak sedang mengecat rumahnya.
"Saya ikut saja sama ketua RT, karena kalau dicat begini kan rumah saya jadi kelihatan segar begitu Mas," kata Aisyah.
Stok cat itu pun datang dari sumbangan warga sekitar. Salah satunya dari warga RW 06 yang beralamat di kawasan elite Pantai Indah Kapuk.
Soleh mengatakan, pihaknya ingin pengecatan itu benar-benar melibatkan warga tanpa ada pesan sponsor.
"Enggak, kalau di luar kota mungkin ada ya yang kampung warna-warni ini disponsorin sama perusahaa cat. Kalau kita maunya murni kolaborasi partisipasi warga," kata Soleh.
Tradisi gotong royong
Ketua RT 01 RW 04 Kelurahan Kamal Muara Suparlih mengaku tak kaget melihat antusiasme warga bergotong-royong mengecat lingkungan mereka. Suparlih menyampaikan, tradisi gotong royong memang sudah melekat di antara warga.
"Nggak usah ngecat begini, kalau ada hajatan kita warga juga saling membantu. Misal ada hajatan nih, warga langsung dibagi-bagi tuh siapa masak apa, jadi sudah biasa kita," kata Suparlih.