Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpukan Sampah di Muara Angke, Walhi Bilang Penanganan Dimulai dari Darat

Kompas.com - 19/03/2018, 19:12 WIB
Jessi Carina,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajer Kampanye Urban dan Energi Walhi, Dwi Sawung menilai, sampah yang ada di Muara Angke, Jakarta Utara kebanyakan berasal dari daratan Jakarta. Untuk itu, cara untuk mencegah penumpukan sampah berlebih di Ecomarine, Muara Angke, itu harus dimulai dari darat. 

"Sebenarnya penanganan di daratnya ya. Itu kan (sampah) dari darat yang mengalir ke laut, dari laut, mengalir lagi ke darat," ujar Sawung ketika dihubungi, Senin (19/3/2018).

Selama persoalan sampah di daratan tidak diatasi, kata Sawung, masalah penumpukan di Muara Angke sulit diatasi. Sawung mengatakan masalah sampah yang ada di laut sendiri memang sudah menjadi persoalan dunia.

"Kalau yang di laut sendiri sulit sekali memang. Ini bukan progrm kita sendiri saja, tapi juga program internasional untuk bagaimana mengatasi sampah plastik di laut," kata Sawung.

Baca juga : Anies Minta Sampah Rumah Tangga Tak Dibuang ke Sungai

Sawung mengatakan ada kemungkinan reklamasi menjadi penyebab menumpuknya sampah di Muara Angke. Sebab, begitu ada pulau reklamasi, arus laut akan mengalami perubahan. Sampah yang berada di Muara Angke bisa jadi tidak bisa keluar lagi. Meski demikian, kepastian akan hal itu harus diteliti lebih dulu.

"Soalnya saya juga belum hitung begitu ada reklamasi, kalau ada sampah masuk situ, bisa enggak dia sampahnya tertarik lagi sama arus air," kata Sawung.

"Jangan-jangan karena reklamasi dia (sampah) enggak ketarik lagi (ke laut)," lanjutnya.

Baca juga : Anies Sebut Lebih Mudah Ambil Sampah di Muara Angke dengan Tangan

Kompas TV Berikut liputan Jurnalis KompasTV Maria Anneke dan juru kamera Subandi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com