JAKARTA, KOMPAS.com - Petugas pemadam kebakaran tidak selalu berurusan dengan api.
Kepala Seksi Operasional Kebakaran Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Rompis mengatakan, timnya sering diminta bantuan mengevakuasi binatang.
"(Evakuasi) hewan apa pun, kami mesti tahu tekniknya. Sebelumnya kami belum pernah terlatih, tetapi permohonan bantuan evakuasi semakin banyak dan kami jadi bisa (terlatih mengevakuasi hewan)," kata Rompis kepada Kompas.com, Senin (19/3/2018).
Baca juga: Ular Sanca 4 Meter Acak-acak Etalase Warung Makan Padang di Kembangan
Meski tidak berpengalaman, petugas berlatih menaklukkan binatang.
Hal ini dibutuhkan jika ada permohonan bantuan evakuasi binatang.
"Kami bahkan belajar sendiri untuk evakuasi ular. Kami latihan pakai (ular) sanca, kami siapkan stiknya saat ada panggilan evakuasi," ujarnya.
Baca juga: Demi Copot Cincin Anak Ini, 6 Personel Damkar Dikerahkan ke Rusun Marunda
Selain itu, petugas pemadam kebakaran juga kerap menerima permohonan bantuan evakuasi sarang tawon di lingkungan rumah warga.
Petugas menyiapkan alat-alat agar terhindar sengatan tawon.
"Paling sering (permohonan bantuan evakuasi sarang) tawon, bisa seminggu dua kali. Kalau tawon sampai beli stik penangkapnya sendiri, kami sampai punya baju khusus biar petugas enggak disengat," kata Rompis.
Baca juga: Pemadam Kebakaran yang Bekerja Tanpa Pamrih...
Petugas pemadam kebakaran, lanjutnya, juga sering diminta menyelamatkan kucing dan anjing, baik milik perorangan atau hewan liar.
Rompis menilai, monyet adalah binatang yang paling sulit diselamatkan.
Petugas merasa kesulitan dengan gerak-gerik yang cepat dari hewan pemakan pisang itu.
Baca juga: Siswa TK Belajar dari Pemadam
"Monyet juga pernah kami evakuasi. Monyet sulit dievakuasi karena pergerakanya cepat, tetapi kalau monyetnya sudah lari jauh, sama warga dibiarkan saja," ujarnya.
Rompis mengatakan, setiap evakuasi binatang, pihaknya menerjunkan 5-10 petugas.
"Ini (evakuasi binatang) bukan tugas kami. Sekarang kami prinsipnya masyarakat minta (bantuan), masa kami tolak? Mau enggak mau kami ke tempat kejadian perkara, akhirnya berkembang sampai sekarang. Jadi bisa karena pengalaman," kata Rompis.