Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ojek Online: Harus Banting Tulang untuk Rp 150.000 per Hari, Persaingan Sekarang Ngeri...

Kompas.com - 28/03/2018, 13:45 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa dari driver ojek online melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (27/3/2018). Unjuk rasa itu menuntut agar perusahaan penyediaan aplikasi menaikan tarif yang kini dirasa sangat merugikan para driver.

Salah satu pengemudi ojek online dari GrabBike, Reza mengatakan, saat ini tarif yang ditetapkan perusahan Rp 2.000 per km. Tarif itu jauh lebih rendah dibanding 2015 atau 2016 lalu sekitar Rp 4.000 per km.

Reza mengatakan, pengaruh penurunan tarif sangat terasa. Bila tarif masih Rp 4.000 per km, Reza bisa mendapatkan Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per hari. Namun, saat ini, bahkan untuk mendapatkan Rp 200.000 per hari terasa sangat sulit.

Baca juga : Pengemudi Menunggu Langkah Jokowi Atasi Perang Tarif Ojek Online

Pengemudi ojek online melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (27/3). Massa dari pengemudi ojek online menuntut pemerintah membantu untuk berdiskusi dengan perusahaan transportasi online agar merasionalkan tarif.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pengemudi ojek online melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (27/3). Massa dari pengemudi ojek online menuntut pemerintah membantu untuk berdiskusi dengan perusahaan transportasi online agar merasionalkan tarif.

Reza harus bekerja ekstra keras untuk mencari konsumen. Selain tarif yang rendah, kesulitan lain karena adanya potongan 20 persen biaya operasional diwajibkan oleh perusahaan.

Jadi, setiap rupiah yang didapatkan Reza dipotong 20 persen oleh perusahaan. Belum lagi jumlah pengemudi ojek online yang semakin banyak membuat persaingan di antara mereka semakin berat.

"Perusahaan nurunin tarif berapa pun enggak ngaruh, tapi dari sisi driver sangat berpengaruh. Saya punya anak dan istri, sekarang dapat Rp 200.000-an, itu pun dari pagi sampai malam," ujar Reza.

Baca juga : Keluh Kesah Pengemudi Ojek Online di Tengah Perang Tarif Aplikator

Indra dari pengemudi ojek online Go-Jek juga mengeluhkan hal serupa. Tarif yang kini diterapkan Go-Jek terasa sangat kecil. Tarif yang diterapkan kini sekitar Rp 2.000 per km. Belum lagi, kata Indra ketika perusahaan memberikan promo ke para penumpang.

Indra mengatakan, persaingan antar-driver juga membuat penghasilannya berkurang.

"Harus banting tulang buat dapat Rp 150.000 sampai Rp 200.000. Persaingan sekarang ngeri Bang, makin ramai," ujar Indra.

Baca juga : Ini Hasil Pertemuan Ojek Online dengan Jokowi di Istana

Pengemudi ojek online melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (27/3). Massa dari pengemudi ojek online menuntut pemerintah membantu untuk berdiskusi dengan perusahaan transportasi online agar merasionalkan tarif.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pengemudi ojek online melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (27/3). Massa dari pengemudi ojek online menuntut pemerintah membantu untuk berdiskusi dengan perusahaan transportasi online agar merasionalkan tarif.

Juru bicara ojek online Badai mengatakan, penurunan tarif terjadi karena adanya perang tarif. Sebelumnya Go-Jek berani untuk menerapkan tarif Rp 4.000 per km.

Namun, ketika perusahaan transportasi lain memberikan tarif rendah, perusahaan tersebut juga ikut menurunkan tarif.

Baca juga : Demo Ojek Online: Tarif Sekarang Sudah Enggak Manusiawi, Bang!

Badai mengatakan dengan menerima tuntutan Rp 4.000 per km, atau minimal Rp 3.500 per km yang diajukan driver online, maka akan sangat membantu para driver untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

"Sekarang tarif Rp 2.000 per km, belum potongan 20 persen, kalau ngebut 45 km, berapa lama perhitungannya. Sekarang kebutuhan hidup layak (KHL) Rp 3,6 juta, minimal sehari Rp 120.000. Kalau dinaikkan juga konsumen enggak ada yang komplain, mereka senang juga kalau malam-malam order Go-Food dan lainya," ujar Badai.

Kompas TV Mereka berdiskusi langsung dengan presiden terkait tuntutan dan aspirasi para pengemudi ojek online.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com