JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi melibatkan toksikolog atau ahli racun dan bahan kimia berbahaya untuk memeriksa kandungan berbahaya minuman keras (miras) oplosan yang menewaskan puluhan orang di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, dan Bekasi.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar mengatakan, pemilik kios jamu di Jagakarsa, Jakarta Selatan berinisial RS mengaku telah memperjualbelikan miras oplosan selama dua tahun.
Namun, menurut RS, baru kali ini miras oplosan racikannya menewaskan pelanggan.
Baca juga: 6 Orang di Depok Tewas karena Miras Oplosan
"Selama dua tahun pengakuan dia (RS) tidak masalah. Dia katanya kaget juga kenapa tiba-tiba ada yang meninggal," ujar Indra di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (4/4/2018).
Menurut Indra, miras tersebut dijual RS dengan kemasan plastik.
RS pun menyediakan miras dengan berbagai pilihan rasa seperti stroberi dan aneka buah lainnya.
Baca juga: 2 Pemuda di Bekasi Tewas Usai Tenggak Miras Oplosan
Kepada polisi, RS mengaku hanya mencampurkan alkohol, minuman bersoda, dan minuman berenergi di dalam miras oplosannya.
"Dia (RS) ngakunya biasa saja (peracikan miras). Kami coba telusuri apa yang tidak biasa. Kami tunggu hasil pengecekan laboratorium toksikolog," tuturnya.
Polisi mengambil sampel miras serta sampel darah dan muntahan para korban untuk menguji kandungan miras.
Baca juga: Gus Bonek Tewas usai Tenggak Miras Oplosan
Para korban membeli miras oplosan tersebut di warung-warung jamu. Miras tersebut tak bermerek bahkan hanya terbungkus plastik bening.
Harganya pun tak mahal, hanya berkisar Rp 15.000 hingga Rp 20.000 saja.
Hingga berita ini diturunkan, Kompas.com mencatat ada sebanyak 28 korban tewas akibat miras oplosan ini.