JAKARTA, KOMPAS.com- Rencana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengalihkan penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) lintas Duri-Tangerang menggunakan kereta api Bandara Soekarno-Hatta, ditanggapi beragam oleh pengguna KRL.
Hadi (56), salah satu penumpang KRL berharap hal itu bisa segera direalisasikan. Dia ingin penumpang KRL diperbolehkan menggunakan kereta bandara pada jam-jam sibuk.
"Kalau bisa digunakan pada jam-jam sibuk. Misalnya, pagi jam 06.00-08.00, atau sore jam 17.00-20.00 atau penambahan gerbong," kata Hadi, kepada Kompas.com, di Stasiun Duri, Rabu (11/4/2018).
Selain itu, ia berharap adanya perbedaan gerbong nantinya untuk penumpang peralihan dari KRL dan KA Bandara. Selain untuk soal keamanan, tapi juga kenyamanan.
"Idealnya sih gerbong dipisah. Kasihan mereka (penumpang KA Bandara) bawa barang banyak besar-besar," ujar Hadi.
Baca juga : Pengguna KRL Duri-Tangerang Akan Diperbolehkan Naik Kereta Bandara
Sementara penumpang KRL tujuan Tangerang, Santi (45), berharap agar akses pengguna KRL ke KA Bandara dipermudah. Pasalnya, sejak berbagi lintas, ia merasakan adanya ketidakadilan soal waktu datangnya kereta. "Bandingkan berapa persen yang naik kereta bandara sama (yang naik) KRL," ujar Santi.
Ia berharap, agar durasi bisa dipercepat tidak menjadi 30 menit sekali seperti saat ini. Dia juga menolak jika tarif penumpang KRL yang normalnya Rp 3.000, disamaratakan dengan KA Bandara yang mencapai Rp 70.000.
"Kalau bisa (harga tiket) ya disesuaikan. Kalau sama harganya ya enggak masuk akal," ujar Santi.
Baca juga : Menhub Usul Penumpang KRL Dialihkan ke KA Bandara, Ini Tanggapan Railink
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Railink tengah mencari solusi untuk mengurai penumpukan pengguna kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Duri.
Menurut rencana, pengguna KRL lintas Duri-Tangerang akan diperbolehkan menggunakan Railink (kereta bandara) yang disediakan satu perjalanan pada pagi dan sore.
"Jumlahnya akan ditentukan Pak Dirjen (Perkeretaapian) kepada para penumpang kereta api menggunakan kereta Railink (kereta bandara) dengan waktu tertentu. Itu akan diberikan kepada para pencinta (kereta) berupa tiket," kata Budi di Le Meridien Hotel, Karet, Jakarta Pusat, Jumat (6/4/2018)
Budi mengatakan, pengguna KRL bisa menggunakan kereta api bandara dengan menggunakan harga yang sama. Normalnya harga tikef Duri-Tangerang Rp 3.000, sementara KA Bandara seharga Rp 70.000. "Harga tiketnya sama dengan KRL. Nanti yang nanggung kereta api. Saya subsidi supaya Railink sebagai pihak swasta enggak rugi," katanya.
Budi menambahkan belum bisa menentukan waktu dan jadwalnya kapan hal itu bisa dilakukan. Pihaknya meminta perwakilan komunitas pengguna KRL Duri-Tangerang untuk menentukan batasan dan mekanisme pembagian tiketnya.