Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Demo, Penumpang Susah Dapat Ojek "Online" dan Tarif Naik 2 Kali Lipat

Kompas.com - 23/04/2018, 16:46 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Demo yang dilakukan pengemudi ojek online sejak Senin (23/4/2018) pagi membuat sejumlah warga merasa kesulitan mendapatkan transportasi menuju tujuan mereka.

Feni, salah satu karyawati perusahaan swasta mengaku kesulitan mendapatkan pengemudi ojek online. Fani mengatakan, sekitar pukul 11.30, dia memesan ojek online GrabBike dari Condet, Jakarta Timur menuju Kalibata.

Setelah beberapa kali mencoba, ia akhirnya dapat ojek online. Namun, menurutnya tarif naik dua kali lipat pada jam tersebut.

Merasa terlalu mahal, Fani mencoba menggunakan apliksi Go-Jek. Namun, tarif yang ditawarkan tak berbeda jauh dengan GrabBike.

Baca juga : Bertemu Komisi V, Perwakilan Ojek Online Sampaikan Tiga Tuntutan

"Gue tinggal di Condet, ke arah Stasiun Kalibata yang biasanya cuma Rp 7.000 tadi jadi Rp 15.000. Go-Jek juga enggak beda jauh. Akhirnya ngeliat mahal gue naik kopaja aja," ujar Feni.

Feni mengatakan tidak mengetahui ada demo besar-besaran yang dilakukan pengemudi ojek online di sekitar kawasan Senayan hari ini.

"Pengemudinya enggak ada jadinya demand-nya tinggi ya, ya udah gue naik kopaja aja. Kalau gue sih mikirnya enggak bisa naik ojek ya udah naik transjakarta aja enggak terlalu masalah," ujar Feni.

Baca juga : Ojek Online: Argo Rp 1.200 Cukup? Bayar WC Umum Saja Rp 2.000

 

Pengendara ojek online berkumpul demo di depan gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat pada Senin (23/4/2018).RIMA WAHYUNINGRUM Pengendara ojek online berkumpul demo di depan gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat pada Senin (23/4/2018).

Kesulitan yang sama juga dirasakan Ivany. Karyawati salah satu satu perusahaan swasta ini bahkan terlambat ke salah satu acara karena tidak adanya pengemudi ojek online yang mau mengantarnya. Sekitar pukul 10.30, Ivany hendak berangkat dari Slipi menuju Cempaka Putih.

Namun, tarif yang dikenakan naik tiga kali lipat menjadi Rp 49.000. Merasa ingin cepat sampai ke tujuan, Ivany tetap memilih menggunakan ojek online. Namun, sudah 10 menit menunggu tidak ada satupun ojek online yang mengambil orderannya.

"Harganya RP 49.000, kayaknya naik tiga kali lipat. Ya udah karena memang sangat urgent ya aku ambil aja, Rp 49.000 enggak apa-apa deh. Tapi enggak ada yang pick. Ya udah aku jalan dikit ke halte transjakarta, terus naik bus. Tapi ke tempat tujuan kalau naik bus harus mutar-mutar. Belum sampai tujuan acaranya sudah selesai," ujar Ivany.

Baca juga : Kapolda Metro: Adik-adik Ojek Online Ayolah Demo dengan Tertib

Hal serupa disampaikan Siska. Siska siang ini memesan GrabBike dari kawasan Monumen Nasional (Monas) menuju Tanjung Priok. Namun, sudah 20 menit menunggu, orderan Siska tak kunjung diambil oleh satupun ojek online.

"Enggak tahu ini sudah nunggu lama belum diambil. Memangnya ada apa ya kok begini?" ujar Siska.

Ribuan ojek online berkumpul di depan gedung DPR RI Jakarta Pusat menyampaikan keinginan kenaikan tarif pada Senin (23/4/2018).RIMA WAHYUNINGRUM Ribuan ojek online berkumpul di depan gedung DPR RI Jakarta Pusat menyampaikan keinginan kenaikan tarif pada Senin (23/4/2018).

Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia (Garda) yang merupakan persatuan ojek online menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI di Jalan Gatot Subroto, Senin (23/4/2018) ini.

Tiga tuntutan ditujukan Garda untuk Presiden Joko Widodo, Ketua DPRI Bambang Soesatyo, dan Komisi V DPR bidang perhubungan.

Baca juga : Bule Amerika Jadi Incaran Foto Pendemo Ojek Online

Sejumlah tuntutan ojek online yaitu pengakuan legal eksistensi, peranan, dan fungsi ojek online sebagai bagian sistem transportasi nasional, dan penerapan tarif standar dengan nilai yang wajar, yaitu Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kilometer dengan metode subsidi dari perusahaan aplikasi agar tarif untuk penumpang tetap murah dan terjangkau.

Garda juga menuntut perlindungan hukum dan keadilan bagi ojek online sebagai bagian dari tenaga kerja Indonesia yang mandiri.

Kompas TV Pemerintah mengambil jalan tengah untuk menjawab tuntutan kenaikan tarif para pengemudi ojek online.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Megapolitan
Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Megapolitan
Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com