Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan "Car Free Day" ke Tujuan Semula....

Kompas.com - 07/05/2018, 07:56 WIB
Ardito Ramadhan,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan car free day (CFD) yang digelar saban Minggu di ruas Sudirman-Thamrin menjadi sorotan publik pada beberapa waktu terakhir.

Pasalnya, kegiatan yang sudah berusia belasan tahun itu disusupi oleh kegiatan-kegiatan yang bersifat politis.

Pada 29 April lalu, kegiatan politis itu berujung pada sebuah peristiwa dugaan intimidasi oleh sejumlah relawan sebuah kubu terhadap orang lain yang dinilai berseberangan dalam politik.

Peristiwa tersebut rupanya mengusik para inisiator kegiatan CFD, yaitu Ari Mochamad dan Ahmad Safrudin. Ari menyatakan, hak masyarakat untuk memperoleh ruang publik terambil akibat adanya kegiatan politik di arena CFD.

"Pelaksanaan CFD pada tanggal 22 dan 29 April 2018 telah direbut dari posisi CFD sebagai ruang publik yang harmonis, tempat beraktivitas olahraga, bersosialisasi, dan media kampanye lingkungan hidup," kata Ari di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (5/4/2018).

Baca juga : Kaus Putih untuk Menjaga CFD Bebas Kegiatan Politik... 

Ari mengaku khawatir apabila kegiatan politik praktis dibiarkan dalam arena CFD, maka hal itu dapat memecah belah masyarakat.

Suasana car free day di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016).Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Suasana car free day di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016).

Ia menilai, arena CFD seharusnya menjadi wadah dalam melakukan high politics, bukan low politics yang memperebutkan kekuasaan. Artinya, arena CFD dimanfaatkan untuk mempromosikan program-program pemerintah kepada masyrakat.

"Poinnya adalah bagaimana menjadikan car free day sebagai arena untuk memobilisasi lalu memperoleh input perspektif masyarakat terkait gagasan-gagasan yang ada," katanya.

Baca juga : Banner Larangan Kegiatan Politis Akan Dipasang Setiap CFD Digelar 

Untuk itu, Ari mengajak instansi-instansi Pemerintahan untuk memanfaatkan arena CFD. Menurutnya, arena CFD adalah wadah promosi yang sangat murah.

"Kementerian gunakanlah, itu biaya yang paling murah lho. Tidak perlu membuat kaos, tidak perlu membuat iklan di TV, tapi rutin menggunakan CFD," katanya.

Sementara itu, inisiator lainnya, Ahmad Safrudin meminta Pemerintah melalui Polisi dan SKPD terkait untuj mengambil langkah tegas bila ditemukan kegiatan politik praktis di arena CFD.

"Kita sepakat kalau CFD itu tempat yang harus netral dari politik praktis. Jadi kalau begitu cepat saja (ditindak), tidak usah segan-segan diamankan dengan cara yang persuasif," kata Safrudin.

Baca juga : Kapolda Metro Jaya Imbau Warga Tak Berkegiatan Politik di CFD

Ia juga meminta para politisi untuk dapat memberi contoh bagi masyarakat untuk tidak memanfaatkan kegiatan CFD sebagai wahana kampanye politik.

"Juga mengedukasi kepada parpol pendukung dan konstituennya untuk tidak tidak memanfaatkan area netral seperti CFD untuk kampanye dukungan atau penolakan terhadap kandidat tertentu," katanya.

Diskusi Stop Politisasi CFD! Kembalikan ke Khittahnyadi Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (5/4/2018).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D Diskusi Stop Politisasi CFD! Kembalikan ke Khittahnyadi Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (5/4/2018).

Kegiatan ekonomi

Halaman:


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com