Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calo Penukar Uang di Kota Tua Melayani Hingga Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 24/05/2018, 16:25 WIB
David Oliver Purba,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Profesi sebagai penukar uang kian ramai ditemukan menjelang Idul Fitri. Salah satu kawasan yang terkenal sebagai wilayah penukaran uang yaitu di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Saat dipantau Kompas.com, Kamis (24/5/2018) siang, di pinggiran jalan yang berseberangan dengan Stasiun Jakarta Kota terlihat sejumlah lapak para penukar uang yang menjajakan berbagai jenis uang baru dengan berbagai pecahan.

Ada pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, dan Rp 20.000. Para penukar uang itu menjajakan uang yang dibungkus plastik bening dan diletakan di atas sebuah meja.

Yang lainnya menggunakan tenda berukuran besar. Ada juga yang berdiri di bawah terik matahari dengan balutan topi dan penutup wajah untuk menghindari teriknya matahari.

Namun, siang ini warga yang menukarkan uang tidak banyak. Beberapa pengendara sepeda motor yang berhenti hanya melihat-lihat, tidak jadi menukar uang.

Gultom, salah satu penukar uang di lokasi mengatakan, saat ini belum banyak masyarakat yang menukar uang.

Pria yang sudah 10 tahun menjadi penukar uang itu menyebut, kondisi ramai akan terjadi ketika sepekan atau dua pekan menjelang Idul Fitri.

"Kalau sekarang memang belum ramai, nanti lah jelang Lebaran pasti ramai kali," ujar Gultom, saat berbincang dengan Kompas.com, di depan Museum Bank Mandiri, Kamis siang.

Melayani penukaran jutaan rupiah

Para penukar uang dipinggir jalan itu melayani penukaran minimal sekitar Rp 100.000 dengan berbagai pecahan yang diinginkan.

Gultom pernah melayani pelanggan yang menukar uang hingga Rp 50 juta. Untuk penukaran uang sebanyak itu, Gultom memberitahukan kepada orang yang dia sebut sebagai "bos" untuk membantu mengirimkan uang tukar yang lebih banyak.

"Kita enggak mungkin bawa sebanyak itu. Jadi, tinggal bel (telepon) bos, terus nanti ada dikirim uang kemari. Terserah, mau Rp 100 juta juga kita layani di sini," ujar Gultom.

Senada dengan Gultom, Nainggolan, penukar uang lainnya mengatakan, sejak pagi hingga siang ini peminat yang datang masih sepi.

Dia menilai sepinya warga yang menukar uang bukan karena adanya tempat penukaran uang resmi, tapi karena belum keluarnya tunjangan hari raya (THR) bagi para pekerja. "Kalau THR (keluar), baru ramai di sini," ujar Nainggolan.

Menjadi penukar uang merupakan profesi sehari-hari yang digeluti perempuan asal Medan itu dengan membuka lapak di depan Museum Bank Mandiri.

Dia mengatakan, jika pada hari biasa pendapatannya setara dengan UMR Jakarta atau sekitar Rp 3,6 juta.

Sedangkan pada musim Lebaran, pendapatan bisa naik dua hingga tiga kali lipat. Rata-rata para penukar uang mengambil untung sekitar 5 hingga 10 persen dari masyarakat yang hendak menukar uangnya.

"Kalau misalnya dia tukar Rp 100.000, ya kita ambil Rp 10.000, tapi kalau lebih banyak tentu lebih kecil yang kita ambil. Kalau pelanggan tetap, kita kasih lah 3 persen," ujar Nainggolan.

Kompas TV Kini mengisi waktu ngabuburit mereka untuk menukar uang baru untuk Lebaran nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com