Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patung Pancoran dan Visi Dirgantara Soekarno

Kompas.com - 31/05/2018, 06:28 WIB
Nursita Sari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Padatnya jalanan dan bunyi klakson yang bersahut-sahutan menjadi kondisi sehari-hari di simpang Pancoran, Jakarta Selatan. Proyek pembangunan infrastruktur menambah sesak kawasan tersebut.

Patung setinggi 11 meter dengan tiang penyangga 27 meter menjadi saksi bisu sesaknya jalanan di sana.

Mungkin, tak banyak orang mengetahui nama asli patung tersebut. Kebanyakan orang menyebutnya Patung Pancoran. Padahal, nama aslinya adalah Patung Dirgantara.

"Disebut Patung Pancoran karena nama daerahnya Pancoran. Namanya penduduk, lebih gampang menyebut Patung Pancoran," ujar Sukardi, konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta kepada Kompas.com, Senin (28/5/2018).

Baca juga: Patung Pancoran, Visi Dirgantara, dan Proyek R80 Habibie (Bagian I)

Visi dirgantara Soekarno

Pembuatan Patung Dirgantara pada 1964-1965 berkaitan erat dengan visi Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno soal dunia kedirgantaraan Indonesia.

Soekarno meminta sang pematung, Edhi Sunarso, membuat Patung Dirgantara untuk menghormati para pahlawan penerbang Indonesia.

"Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan," ujar Soekarno kepada Edhi tahun 1964.

Ucapan Soekarno kepada Edhi itu ditulis dalam buku Konservasi Patung Dirgantara yang diterbitkan Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta pada 2015.

Edhi yang menyanggupi permintaan itu kemudian membuat dan mempresentasikan rancangan patung yang akan dibuatnya kepada Soekarno.

Patung Dirgantara rancangan Edhi menampilkan figur seorang lelaki berotot dengan sehelai kain terjuntai di bagian bahu yang seolah tertiup angin.

Ekspresi wajahnya keras, mulut mengatup, dan tatapan mata tajam menatap lurus ke depan. Gestur tubuhnya digambarkan melaju dan akan melesat menuju angkasa.

Soekarno menyetujui rancangan patung tersebut.

Namun, saat Edhi ingin menambah pesawat yang digenggam sosok tersebut, Soekarno menolaknya karena pesawat itu seperti mainan anak-anak.

"Yang ingin dibangun oleh Pak Soekarno itu bukan fisik si pesawat, tapi justru ingin mengekspresikan jiwa-jiwa bangsa kita," kata Sukardi.

Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (18/3/2015). Patung dari bahan perunggu dengan bobot 11 ton tersebut dirancang Edhi Sunarso tahun 1964. KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (18/3/2015). Patung dari bahan perunggu dengan bobot 11 ton tersebut dirancang Edhi Sunarso tahun 1964.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com