Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hakim Tolak Gugatan terhadap Anies soal Pidato "Pribumi"

Kompas.com - 04/06/2018, 13:37 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan perdata yang diajukan Tim Advokasi Anti Diskriminasi Ras dan Etnis (Taktis) terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Putusan dibacakan Ketua Majelis Hakim Tafsir Sembiring dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakart Pusat, Senin (4/6/2018).

Adapun gugatan tersebut diajukan atas perkataan Anies yang menyebut kata "pribumi" saat pidato yang disampaikan sebelum dilantik sebagai gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017.

"Putusan hakim menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima," ujar salah satu pihak penggugat, Etnis Daniel Tonap Masiku, saat dikonfirmasi Kompas.com.

Hakim menilai, antara pihak tergugat dan penggugat tidak memiliki hubungan hukum secara pribadi sehingga dinilai tidak masuk dalam hukum secara perdata.

Baca juga: Sejumlah Warga Demo di Balai Kota, Protes Pidato Anies soal Pribumi

Daniel mengatakan, dari pertimbangan hakim tersebut, pihak penggugat dimungkinkan untuk melakukan upaya banding atau mengajukan gugatan baru dengan mekanisme citizen law suit.

"Yang saya tangkap, hakim menyarankan bahwa kami sebagai warga negara menggugat Anies sebagai pejabat. Tapi, pendapat saya secara pribadi apa yang dilakukan Anies bisa digugat secara perdata," ujar Daniel.

Gugatan terhadap Anies diajukan pada Oktober 2017. Pihak penggugat dengan tergugat yang diwakili Biro Hukum Pemprov DKI Jakarta sempat melakukan mediasi. Namun, mediasi gagal dan kedua pihak berhadapan di meja hijau.

Adapun persidangan digelar sembilan kali sebelum akhirnya majelis hakim memutuskan menolak gugatan penggugat Senin ini.

Baca juga: Soal Pribumi, Politik Identitas, dan Nurani Para Politisi

Awal gugatan bermula saat Anies menyampaikan pidato politik, Senin (16/10/2017) malam. Anies menceritakan sejarah panjang Republik Indonesia yang terjadi di Jakarta, seperti Sumpah Pemuda, perumusan garis besar Republik Indonesia, hingga proklamasi kemerdekaan.

Anies mengatakan, setiap sudut di Jakarta menyimpan sejarah, sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, hingga Jakarta yang merupakan kisah pergerakan peradaban manusia.

Menurut Anies, berakhirnya penjajahan yang pernah terjadi di Jakarta selama ratusan tahun harus dijadikan momentum bagi pribumi melakukan pembangunan dan menjadi tuan rumah yang baik.

"Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan (dijajah). Kini telah merdeka, saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Anies, Senin malam.

Kemerdekaan di Indonesia, kata Anies, direbut dengan usaha sangat keras sehingga alam kemerdekaan harus dirasakan semua warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com