Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Disebut Menyayangkan Pencabutan Pohon Plastik

Kompas.com - 04/06/2018, 23:05 WIB
David Oliver Purba,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perindustrian dan Energi (PE) DKI Jakarta Yuli Hartono mengatakan, akan mempertimbangkan untuk kembali memasang pohon plastik yang sempat viral beberapa waktu belakangan ini.

Sebelumnya, pohon plastik yang dipasang di sejumlah trotoar di Jakarta itu dicabut karena menjadi buah bibir di masyarakat, sebab dianggap menggangu pejalan kaki.

 

Yuli mengatakan, rencana ini dipertimbangkan karena ada masyarakat yang menyayangkan pohon plastik tersebut dicabut. Masyarakat, menurut dia, menilai pohon plastik yang dipasang di sejumlah trotoar itu merupakan ornamen yang menarik.

"Untuk masalah ini, enggak semuanya komplain. Bahkan, setelah dicabut banyak yang menyayangkan kok, itu bagus, kenapa dicabut. Oleh karenanya, kami amankan ini pohon," ujar Yuli, saat ditemui di Kantor Dinas PE, Jalan Jatibaru, Jakarta Pusat, Senin (4/6/2018).

Baca juga: Fakta tentang Anggaran Pohon Plastik di Jakarta...

Namun, lanjut Yuli, pihaknya akan terlebih dulu berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, dan sejumlah wali kota soal rencana memasang kembali pohon plastik itu.

"Kan sudah ada titiknya, tinggal pasang saja. Saya akan rencanakan ulang, saya akan koordinasikan ke Pak Wali, ke Pertamanan (Dinas Kehutanan), ke Dinas Pariwisata, baiknya gimana. Kalau perintah pasang lagi, ya pasang lagi, enggak lama kok, dua hari selesai," ujar Yuli.

Pohon plastik yang dipasang di Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat menjelang Lebaran dan Asian Games itu sempat menghebohkan media sosial.

Baca juga: Sandiaga: Harusnya Koalisi Pejalan Kaki Juga Kritik Pohon Plastik yang Muncul Tahun Lalu

Warganet memprotes keberadaan pohon plastik yang memakan area trotoar dan dianggap tak menarik secara estetika.

Koalisi Pejalan Kaki juga menyoroti keberadaan pohon plastik di trotoar yang menghalangi pejalan kaki.

Selain posisinya yang menghalangi trotoar, salah satu yang dipersoalkan yakni anggaran pengadaan lampu hias berwujud pohon plastik itu.

Ada dua versi anggaran yang beredar. Yang pertama senilai Rp 8,1 miliar di Dinas Kehutanan DKI Jakarta.

Baca juga: Anggaran Rp 2,2 Miliar Bukan untuk Pohon Plastik, tapi Neon Box Asian Games

 

Sementara yang kedua, versi Rp 2,2 miliar anggaran pengadaan lampu hias dan pencahayaan kota di Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Pusat, tahun anggaran 2018.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno membantah kedua anggaran itu. Dia memastikan, tidak ada anggaran tahun 2018 yang terbuang untuk pengadaan lampu hias berwujud pohon plastik.

Pengadaan pohon plastik merupakan pengadaan pada anggaran 2017, di mana biaya yang dihabiskan untuk membeli pohon plastik sekitar Rp 397 juta.

Kompas TV Lampu pohon plastik yang sempat terpasang di trotoar jalan utama di Jakarta telah dicabut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com