JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan, pihaknya tak akan mengungkap daftar 40 masjid yang diduga telah disusupi paham radikal. Ia tak ingin informasi itu justru akan memecah belah warga.
"Buat saya, kita jangan mengadu domba mana masjidnya, mana tempatnya di mana, ustadnya siapa tapi kita fokuskan bahwa kita membangkitkan ekonomi umat," kata Sandiaga di Jakarta Timur, Kamis (7/6/2018).
Sandiaga hanya menyebutkan bahwa beberapa di antara masjid-masjid itu ada yang dikunjunginya saat kampanye Pilkada DKI 2017.
"Teman-teman (wartawan) yang kemarin ikut keliling Jakarta tahu ada beberapa masjid yang..." kata Sandiaga.
Baca juga: Sandiaga: DKI Sudah Punya Data 40 Masjid yang Disusupi Paham Radikal
Menurut dia, pihaknya kini berfokus untuk membangkitkan ekonomi masjid. Ia meyakini radikalisme disebabkan oleh ketimpangan.
"Lahan subur dari ekstrimisme dan radikalisme itu adalah ketidakadaan lapangan pekerjaan, ketimpangan, kesenjangan dan dengan pendekatan OK OCE ini kami harapkan masyarakat di sekitar itu bisa ekonominya bergerak dan membuka lapangan kerja," kata Sandiaga.
Ia menyebutkan, dirinya akan menggandeng organisasi keagamaan untuk meredam radikalisme.
Kabar sejumlah 40 masjid di DKI Jakarta terpapar radikalisme muncul setelah Presiden Joko Widodo mengundang 42 tokoh praktisi sosial, budaya, pendidikan, dan agama untuk berdiskusi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin lalu. Dalam pertemuan itu, Jokowi dan para tokoh membicarakan mengenai adanya paham radikalisme yang diajarkan di sejumlah masjid di Ibu Kota.
Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra mengungkapkan, awalnya topik tersebut dicetuskan oleh salah satu tamu, yaitu Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid.
"Mbak Alissa mengatakan, sekitar 40 masjid yang dia survei di Jakarta itu penceramahnya radikal, dia mengajarkan intoleransi dan radikalisme," ujar Azyumardi, seusai pertemuan.
Baca juga: Bertemu Jokowi, 42 Tokoh Bicara soal Masjid di DKI yang Diisi Ajaran Radikal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.