JAKARTA, KOMPAS.com - DPRD DKI Jakarta menyoroti besarnya sisa APBD 2017 yang mencapai Rp 13,1 triliun.
Fraksi PKS misalnya, menanyakan melonjaknya sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) tahun 2017 jika dibandingkan dengan silpa tahun 2016 yang hanya sebesar Rp 7,7 triliun.
"Penyerapan anggaran yang masih belum meningkat sementara pendapatan mengalami peningkatan menyebabkan silpa meningkat cukup tajam menjadi Rp 13,1 triliun," kata anggota Fraksi PKS, Muhammad Subki, dalam rapat paripurna pertanggungjawaban APBD 2017, Rabu (4/7/2018).
Baca juga: Kata Sandiaga, Pengusaha Salah Satu Faktor Rendahnya Serapan APBD DKI
Begitu pula Fraksi Partai Hanura yang menilai perlunya keseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam mengalokasikan anggaran.
Hanura berpendapat, tingginya silpa disebabkan eksekusi yang tak sesuai dengan program yang direncanakan.
"Agar alokasi anggaran APBD benar-benar dapat digunakan dengan baik dan proporsional sesuai dengan program yang telah direncanakan sebelumnya agar tidak menimbulkan tingginya Silpa," ujar anggota Fraksi Partai Hanura, Ruslam Amsyari.
Sementara itu, Fraksi Partai Golkar meminta penjelasan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, terkait penyebab tingginya silpa.
Mereka menduga, banyak program yang tidak dieksekusi.
"Fraksi Partai Golkar mengharapkan agar saudara gubernur dan wakil gubernur lebih memperhatikan program-program yang tidak dapat menyerap anggaran yang sesuai dengan target yang ditentukan," ujar Tandanan Daulay dari Fraksi Partai Golkar.
Sementara itu, Fraksi Partai Nasdem mengingatkan kemungkinan terjadinya pelemahan ekonomi jika anggaran tidak terserap dengan baik.
"Angka ini bukanlah angka yang kecil, dan juga hal ini menunjukkan adanya kegagalan penyerapan anggaran yang juga berdampak pada melemahnya ekonomi serta daya beli masyarakat yang saling berimplikasi satu dengan yang lain," ujar anggota Fraksi Nasdem, Bestari Barus.
Baca juga: Tiga Bulan Pertama, Penyerapan APBD DKI 2018 Baru 8 Persen
Dari sejumlah fraksi di DPRD DKI, hanya Fraksi PDI-P yang menilai besarnya silpa bukan masalah besar.
Menurut anggota Fraksi PDI-P, Rikardo, sebesar apa pun silpa, hal itu bukanlah pelanggaran APBD.
"Sebesar apa pun bukanlah pelanggaran APBD, yang terbaik adalah over pendapatan daerah, terlaksana seluruh yang telah direncana dalam APBD, dan ada efisiensi tanpa mengurangi kualitas pembangunan, barang dan jasa, dan pelayanan masyarakat," ujar Rikardo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.