Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Lulung, PPP Tingkatkan Target Kursi di DPRD DKI

Kompas.com - 17/07/2018, 18:07 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPW Pertai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Jakarta Abdul Aziz mengatakan, tidak adanya mantan kader PPP Abraham "Lulung" Lunggana sebagai kader dan bakal calon legislatif dari PPP tidak akan mempengaruhi suara PPP untuk mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.

Aziz mengatakan, pihaknya bahkan optimistis menaikkan target pencapaian kursi di DPRD DKI yang sebelumnya 10 kursi menjadi 14 kursi tanpa adanya Lulung di kubu PPP.

"Enggak (berpengaruh), makanya kami sekarang target 14, dulunya 10," ujar Aziz usai mendaftarkan 106 bakal calon legislatif dari PPP ke Kantor KPU DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018).

Baca juga: Pakai Kemeja Merah, Tina Toon Daftar Jadi Bakal Caleg DPRD DKI Jakarta

Aziz mengatakan, kehilangan satu orang kader tidak akan mempengaruhi suara PPP. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kata Aziz, PPP pernah mengalami persoalan yang lebih buruk. Misalnya pasca-reformasi dan menjelang pemilu 2004. Namun, hingga kini PPP masih utuh.

"PPP bukan baru sekali mengalami persoalan, dari zaman orde baru kami sudah mengalami goncangan. Pasca-reformasi, menjelang pemilu 2004 situasinya lebih jelek, dan ternyata enggak ada pengaruhnya," ujar Aziz.

Lulung sebelumnya terlibat konflik dengan PPP. PPP yang diketuai Djan Faridz memecat Lulung dari keanggotaannya di PPP. Saat itu Lulung menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW PPP) DKI Jakarta

Pemecetan itu disampaikan Djan Faridz dalam konferensi pers yang digelar di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP PPP) di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, pada 13 Maret 2017.

Baca juga: Diajak Pindah Partai oleh Lulung, Ketua Fraksi PPP Bertahan

Alasan pemecatan Lulung dan sembilan anggota PPP lainnya terkait sikap dan pernyataan dukungan yang berbeda dengan PPP pada Pilkada DKI Jakarta 2018.

Saat itu Lulung mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, sedangkan PPP versi Djan Faridz mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat.

Lulung kemudian mempertanyakan alasan pemecatannya. Dia menilai pemecatan itu tidak memiliki alasan jelas.

Baca juga: Belum Punya Kendaraan Politik, Lulung Akan Nyaleg DPR RI pada Last Minute

Lulung mengatakan, tidak ada pemberitahuan atau teguran dari DPP PPP terkait tuduhan dirinya tak patuh pada perintah partai.

Lulung mengatakan, banyak partai politik mengajaknya pindah partai. Namun, Lulung menolak tawaran itu karena masih merasa menjadi kader PPP, partai yang membesarkan namanya.

Namun, beberapa waktu yang lalu Lulung membenarkan kabar dirinya akan bergabung ke PAN. Kepindahannya karena ia kecewa terhadap PPP yang tak memberinya posisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com