Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separator Warna-warni di Pejaten Barat Akan Dikembalikan ke Warna Semula

Kompas.com - 31/07/2018, 22:34 WIB
Nursita Sari,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lurah Pejaten Barat Rahmat Basuki mengatakan, separator jalan yang dicat warna-warni di Jalan Warung Jati Barat akan dikembalikan ke warna semula.

Separator pembatas jalur khusus transjakarta itu akan disemen agar warnanya tampak seperti sedia kala, yakni abu-abu, pada Rabu (1/8/2018).

"Awalnya, kan, itu bukan hitam putih. Saya gunakan semen saja besok. Kalau nanti saya cat hitam putih, salah lagi," ujar Rahmat saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/7/2018).

Baca juga: Separator Diwarnai, Jakarta Jadi Norak dan Amburadul

Rahmat memutuskan mengembalikan warna separator setelah mendapat perintah Asisten Ekonomi dan Pembangunan Jakarta Selatan.

Namun, perintah itu disampaikan melalui Lurah Kalibata.

"Lurah Kalibata ditelepon sama Ibu Asisten Ekbang, perintahnya suruh mengembalikan ke cat asal yang separator busway itu, katanya atas perintah Pak Wali Kota. Mungkin dikira Bu Asisten itu wilayah Kalibata," kata Rahmat.

Baca juga: Separator Jalan Warna-Warni Kembali Jadi Hitam Putih, Mengapa?

Rahmat akan menjalankan perintah tersebut, meskipun tidak mendapat perintah langsung.

Namun, dia mempertanyakan kenapa separator itu harus dikembalikan ke warna semula.

Menurut Rahmat, tidak ada aturan yang dilanggar dengan pengecatan separator itu.

Rahmat menyebut warna-warni itu justru akan memudahkan pengendara lebih jelas melihat separator jalan.

Baca juga: Polisi: Separator Jalan Boleh Dicat Warna-warni tetapi Ada Syaratnya

"Saya tidak merasa melanggar aturan, kok dilarang. Saya sederhana saja, saya melanggar aturan enggak? Kalau enggak melanggar, kenapa saya mesti dilarang," ucapnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membenarkan separator jalan yang sempat dicat warna-warni di bilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur, telah dikembalikan ke warna hitam putih.

Anies mengatakan keputusan itu diambil atas pertimbangan keamanan.

Baca juga: IAI Tidak Pernah Dilibatkan dalam Mewarnai Separator Jakarta

"Ada ketentuan-ketentuan mengenai marka-marka jalan dan Asisten Pembangunan kemarin menjelaskan bahwa ketentuan tentang marka jalan penting untuk ditaati karena memiliki fungsi tidak hanya untuk estetika tapi juga untuk safety," kata Anies.

Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusmada Faizal menjelaskan, usulan itu ia sampaikan dengan mengacu pada standar universal.

Menurut Yusmada, separator adalah kelengkapan jalan yang perlu mengikuti kaidah.

Baca juga: Terkait Separator Jalan Dicat Warna-warni, Pakar: Ini Bukan Dufan

Ia mengatakan, DKI memang belum menetapkan standar warna kelengkapan jalan seperti kota-kota lain di dunia. Namun, DKI perlu mengikuti standar hitam putih yang digunakan di seluruh dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com