Boih dan rekan-rekannya mengaku tidak mempermasalahkan lokasi yang disediakan tuan rumah untuk kelompoknya tampil.
"Ya kalau kami kan memang karena dipanggil, ya kami main saja, enggak ada masalah sih buat saya, selama kami aman," ujar Boih.
"Selama bayarannya sudah rapi, enggak ada masalah," tutur pentolan grup dangdut asal Cibubur itu.
Acara hajatan itu merupakan pesta syukuran khitanan seorang warga di Pondok Kelapa yang rumahnya berada di sekitar area pemakaman.
Boih pun mengakui ketidaktersediaan lahan di menyebabkan panggung dan tenda didirikan sangat dekat dengan pemakaman.
"Sebenarnya posisi dangdutnya enggak di makam, cuma di samping. Memang pas batas saja, memang benar. Pas batas nisan. Orang tempatnya enggak ada," kata Boih.
Boih mengaku tidak ada komentar dari warga mengenai tempat penyelenggaraan pesta di area pemakaman.
"Ya iya yang menonton di depan panggung. Ada yang di samping, ada yang di depan panggung. Tapi enggak ada yang komentar apa-apa kok. Asyik saja orang-orang, kondangan biasa di kampung, lah," ujar Boih.
Video yang beredar di Twitter, diakui Boih, bukan berasal dari dirinya. Ia pun kaget mengetahui kejadian itu tersebar secara luas.
Meski begitu, dia merasa tidak keberatan karena tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap kelompok musiknya.
"Mungkin ya, bagaimana ya, itu sebenarnya cuma iseng-iseng saja, zaman sekarang, lah. Jadi kalau menurut saya sih enggak ada pengaruh apa-apa kok. Enggak keberatan," kata Boih.
"Orang mah sekarang bukan takut sama kuburan, kuburan takut sama orang," tutur Boih sambil tertawa.
Sarana umum dan fasilitas publik yang digunakan untuk hajatan memang masih kerap kali terjadi di masyarakat.
Bahkan, saat ini masyarakat bersikap permisif jika ada pesta pernikahan yang digelar di jalan raya, yang menyebabkan jalan itu ditutup dan tak bisa digunakan publik.
Selain itu, sejumlah video viral juga memperlihatkan hajatan di sarana publik yang tak umum digunakan. Misalnya, saat ada pesta pernikahan yang digelar di jalan kereta api meski jalur itu tak lagi digunakan.
Mengenai pesta hajatan di pemakaman, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman, menilai bahwa hal seperti ini tidak layak dilakukan.
"Dalam masyarakat kita makam masih dihormati. Sebaiknya dihindari. Kalau dibiarkan justru dianggap benar," ujar Usman saat dimintai pendapat oleh Kompas.com, Senin siang.