Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Uber Sudah Tak Eksis, Atributnya Masih Diobral

Kompas.com - 17/09/2018, 14:59 WIB
David Oliver Purba,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski Uber tak lagi beroperasi di Indonesia, atribut ojek online-nya masih diburu oleh warga. Seiring permintaan yang masih tetap ada, sejumlah pedagang juga masih menjual atribut perusahaan aplikasi asal Amerika Serikat itu.

Salah satunya di lapak perlengkapan atribut ojek online yang dijaga Erik di ruas Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018). Di lapak yang terbuat dari kayu dan seng ini, Erik menjual atribut Uber berupa helm dan jaket.

Tampak puluhan helm tergeletak begitu saja di lantai lapak tersebut. Namun, ada juga yang dipajang di lemari kayu dan di atas meja.

Hampir seluruh helm yang ada di lapak itu tak lagi memiliki kaca pelindung wajah. Beberapa bagian helm juga terlihat rusak dengan busa yang hilang, serta coretan cat semprot piloks berwarna merah di bagian depan dekat tulisan Uber. Meski demikian, beberapa helm masih bisa digunakan.

Baca juga: Pengemudi Uber Berbondong-bondong Daftar Jadi Mitra Go-Jek di Bekasi

Sedangkan jaket Uber ada yang digantung di seutas tali, ada juga tergeletak bercampur dengan helm. Meski kotor, jaket tersebut masih laik digunakan. Beberapa jaket yang Kompas.com periksa, tidak ada sobekan atau resleting yang rusak.

Erik mengatakan, rata-rata dia bisa menjual 10 unit helem Uber per hari. Kebanyakan pembelinya merupakan pengemudi ojek online dari Grab dan Gojek.

Baca juga: Merger Grab dan Uber Diminta Dibatalkan

"Hampir semua pasti ojek online. Jadi kegunaannya itu ya untuk helm biasa saja," ujar Erik.

Biasanya para pengemudi menutup tulisan Uber atai mencoretnya untuk menghilangkan tulisan itu.

Untuk penjualan jaket Uber lebih sedikit. Dalam sepekan Erik hanya bisa menjual 4 buah jaket saja.

Erik mengatakan, di gudang penyimpanan ada sekitar 1.000 unit helm dan 100 jaket yang masih tersimpan. Helm dan jaket tersebut didapatkan dari salah satu penjual yang dibeli secara borongan.


Saat diterima, sebagian besari kondisi helm dan jaket masih baik. Hal ini terlihat dari masih ada kaca pelindung wajah, serta cat yang masih baru. Namun, beberapa helm memang diterima dengan kondisi retak.

Baca juga: Pengemudi Uber Berpaling ke Go-Jek, Ini Kata Manajemen Grab

Erik mengatakan, kondisi helm yang terlihat saat ini karena para pembeli tidak sabaran dan membanting saat memilih helm. Hal tersebut mengakibatkan banyak helm yang rusak dan kacanya pecah.

"Kalau kemari dalam kondisi baik. Tapi banyak pembeli yang 'kanibal'. Jadi buka kacanya, atau ada ngerasa kacanya kurang oke, dia buka kaca helm yang lain terus dibiarin gitu aja," ujar Erik.

Seiring hilangnya eksistensi Uber di Indonesia, harga atribut Uber yang dijual jugal turun. Saat ini harga helm yang dijual berkisar Rp 35.000 per unitnya melihat kondisi helm tersebut. Waktu Uber masih beroperasi, harga helm dijual sekitar Rp 45.000 per unitnya.

Begitu juga dengan harga jaket Uber yang mengalami penurunan drastis, dimana sebelumnya Rp 65.000 menjadi Rp 25.000 per unitnya.

"Tapi ada aja yang nyari, kebanyakan buat dipakai, tapi ada juga buat koleksi," ujar Erik.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com