JAKARTA, KOMPAS.com - Dari ruang shelter A 01 lantai satu, Tasanah (70) bercerita tentang pengalamannya satu bulan menempati shelter Kampung Kunir, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Sambil duduk di bangku depan pintu rumah dan memegang tongkat, ia mengatakan senang bisa kembali kumpul bersama tetangga lamanya.
"Satu bulan sudah di sini. Sebelumnya, ngontrak di Pasar Minggu, nyari yang murah. Di sana Rp 1 juta dapat tapi tiga ruangan," kata Tasanah kepada Kompas.com, Rabu (3/10/2018) siang
Di shelter seluas 5x3 meter persegi tersebut, ia tinggal bersama anaknya bungsunya yang bekerja sebagai pengemudi ojek online. Ia mengatakan, bergantung pada penghasilan putranya tersebut selama tinggal berdua.
Baca juga: Menengok Selter Kampung Kunir yang Segera Rampung
Selama berada di rumah, pergerakannya tak bebas karena keterbatasan kemampuan berjalan akibat sakit di usia tuanya. Ia menggunakan kursi roda jika pergi ke kamar mandi dengan bantuan anak atau tetangganya.
Meski senang bisa kembali ke Kampung Kunir, Tasanah mengatakan tidak nyaman akibat kondisi angin dan yang membuatnya harus terus membersihkan rumah di tengah keterbatasan geraknya.
"Banyak nyamuk. Kalau siang anginnya kenceng, saya jadi harus bersih-bersih terus dan tutup pintu. Saya kan enggak bisa jalan, masa ngepel-ngepel mulu," katanya.
Baca juga: 33 KK Warga Kampung Kunir Sudah Dapat Jatah Unit Hunian di Selter
Berbeda dengan Tasanah, Manison masih bisa bergerak bebas dan bekerja ditengah usia yang sudah memasuki usia 65 tahun. Saat ditemui, Manison sedang asyik memasak sendiri di dapur umum.
Ia memasak tempe orek dan ayam goreng untuk warung makan tempatnya berdagang di sekitar Jalan Kunir, Pinangsia.
Manison mengatakan, ia dan anaknya telah sejak tahun 1972 menjadi warga Kampung Kunir. Setelah digusur pada 2015, ia mengontrak di sekitar Jalan Ketumbar, Pinangsia, selama 3 tahun dan kembali.
"Saya sudah tua enggak mungkin di ruang bawah. Enggak sanggup kalau harus tiap hari naik-turun tangga," kata Manison.
Berdasarkan aturan shelter Kampung Kunir, keluarga yang memiliki lansia dan anak-anak menempati lantai 1 sedangkan dewasa dan remaja menempati lantai 2. Saat ini, 33 KK warga Kampung Kunir telah kembali dan menempati shelter.
Baca juga: Desain Selter Kampung Kunir dari Pemprov DKI Tak Sesuai Keinginan Warga
Pantauan Kompas.com di lokasi, shelter A berisi 11 ruang di lantai 1 dan shelter B berisi 22 ruang di lantai 1 dan 2. Masing-masing ruang tertempel keterangan nomor rumah dan nama kepala keluarga.
Di ruang seluas 6x3 meter persegi tersebut, terdapat dua ruangan, satu pintu, dan satu jendela kaca nako. Selebihnya, warga dibebaskan menghias rumahnya tetapi dilarang untuk memasak di dalamnya.
Baca juga: Dinas Perumahan: Belum Ada Lahan Bangun Shelter di Kampung Kunir
Sebab, shelter difasilitasi sebuah dapur umum tepat di sebelahnya. Dapur umum seluas 3x4 meter persegi tersebut berisi sekitar 6 kompor gas milik masing-masing warga dan sebuah wastafel.
Di sebelah dapur terdapat kamar mandi umum yang terdiri dari 10 ruang dengan fasilitas jamban jongkok dan keran. Ada pula sederet keran di depan kamar mandi umum yang digunakan sebagai tempat berwudhu dan mencuci.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.