JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah sebulan 33 warga Kampung Kunir korban gusuran menempati selter yang dibangun Pemprov DKI, di RT 004 RW 006, Jalan Kunir, Pinangsia, Jakarta Barat.
Mereka menempati selter yang dibangun di atas lahan bekas tempat tinggal mereka yang digusur pada 2015 silam.
Sebelum dapat menempati selter, mereka harus menyewa kontrakan sebagai tempat tinggal.
"Selama kita digusur 3 tahun kan kita ngontrak mencar-mencar. Saya pindah 3 tempat tapi pilihnya masih di sekitar sini karena usahanya di Fatahillah, dagang," kata seorang warga bernama Lia, di lokasi, Selasa (3/10/2018).
Baca juga: Sebulan Menempati Shelter Kampung Kunir, Ini Cerita Para Warga Lansia
Lia mendapat hunian selter di lantai bawah, lantaran memiliki dua orang anak yang masih kecil.
Lia menyebut, tinggal di selter tersebut nyaman dan membuatnya tak perlu mencari-cari kontrakan murah untuk tinggal.
Tinggal di selter, dia hanya cukup membayar listrik dan air.
"Sebenarnya nyaman sih. Kita malah bahagia. Dari pada kita ngontrak selama 3 tahun itu, pindah-pindah kan. Bisa-bisa 1 kamar Rp 1 juta," kata dia.
Kesan nyaman juga dirasakan oleh warga lainnya, Nurlela, yang tinggal bersama suami dan dua anaknya.
Bisa kembali ke Kampung Kunir membuatnya senang karena bisa bergabung lagi dengan para tetangganya yang terpencar akibat penggusuran.
"Sudah tinggal di sini dari lebaran haji, alhamdulillah nyaman, makasih banyak pada pemerintah, dari pada (kami) ngontrak (rumah) lagi kan," kata Nurlela.
Sebelum menempati selter, ia sempat mengecek kualitas air yang dinilai asin. Tapi, kualitas airnya sudah membaik.
Baca juga: Menengok Selter Kampung Kunir yang Segera Rampung
"Air sudah enggak asin lagi sekarang. Sudah bisa lah, buat masak juga sudah," kata dia.
Manison, warga yang mengaku sudah tinggal sejak 1972 di Kampung Kunir senang bisa kembali ke sana.
Ia pun tak perlu lagi mengontrak jauh dari lapak dagangnya yang berada di sekitar Jalan Kunir.