Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grab: Kami Tak Menoleransi Segala Aksi Kekerasan

Kompas.com - 30/10/2018, 09:48 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan aplikasi transportasi Grab menyesalkan aksi kekerasan dalam unjuk rasa para pengemudi pada Senin (30/10/2018) kemarin. Managing Director Grab Ridzki Kramadibrata menyatakan, pihak tidak mentoleransi aksi itu.

"Kami tidak menolerir segala aksi kekerasan dan siap memberikan dukungan penuh kepada pihak berwenang untuk menenangkan situasi serta membubarkan kelompok pendemo yang telah melakukan tindakan anarki," kata Ridzki dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/10/2018).

Ridzki mengatakan, pihak yang dua bulan terakhir ini mendemo Grab adalah para pengemudi yang sudah diputus kemitraannya. Dia mengatakan, mereka terbukti melakukan kecurangan seperti order fiktif.

Baca juga: Demo Ricuh, Pengemudi Grab Pecahkan Kaca Gedung dan Bakar Ban

 

Menurut Ridzki, mereka sempat menerima amnesti atau diampuni ketika terbukti curang pada 2017.

"Namun, sangat disayangkan mereka kembali mengulangi tindak kecurangan tersebut, sehingga berakhir pada pemutusan kemitraan," ujar Ridzki.

Ridzki menyebutkan, pihaknya juga telah menerima dukungan yang besar dari para pelanggan dan banyak mitra pengemudi terkait keputusan Grab mengeluarkan mitra pengemudi yang tidak jujur. 

"Kami juga mengimbau para pendemo untuk tidak membahayakan penumpang dan masyarakat umum, meminimalisasi gangguan bagi masyarakat luas, dan beralih mencari peluang baru lainnya untuk memperoleh penghasilan secara jujur," kata dia.

Demo mitra pengemudi online yang tergabung dalam Gerakan Hantam Aplikasi Nakal (Gerhana) di kantor Grab di Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, berlangsung ricuh, Senin kemarin. Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Suharyono mengatakan, demonstran memecahkan kaca lobi gedung Lippo Kuningan.

"Betul, kaca dipecahkan demonstran yang ingin menerobos masuk," kata Suharyono.

Selain memecahkan kaca dan membuat Jalan HR Rasuna Said macet, demonstran juga membakar ban di depan gedung Lippo. Polisi kemudian membubarkan para demonstran secara paksa.

Hingga malam hari, sebagian pengemudi masih bertahan di kawasan Kuningan.

Komunitas Gerhana itu bulan lalu telah mendemo Grab dan pesaingnya Go-Jek. Saat mendemo Grab, pada 10 September 2018, ada empat tuntutan yang mereka sampaikan.

Pertama, menagih janji aplikator terkait kesejahteraan para pengemudi. Kedua, menolak keras aplikator menjadi perusahaan transportasi. Ketiga, menolak keras eksploitasi terhadap driver online, dan menolak keras kartelisasi dan monopoli bisnis transportasi online. Keempat, mereka meminta pemerintah menutup perusahaan dan membuat perusahaan baru jika permintaan mereka tak diindahkan.

Baca juga: Tujuh Jam Demo Tak Ditemui, Driver Grab Ancam Buat Demo Lanjutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com