Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penyelam POSSI, Tinggalkan Pekerjaan demi Cari Korban Lion Air

Kompas.com - 07/11/2018, 12:06 WIB
Ardito Ramadhan,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam balutan kaos oranye dan celana pendek, Budi Cahyono (47) tengah bersantai di sebuah tenda yang didirikan di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (7/11/2018).

Sebuah spanduk bertuliskan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) terpampang di depan tenda berwarna putih tersebut.

Budi bersama belasan rekannya yang tergabung dalam POSSI merupakan salah satu kelompok relawan yang diterjunkan dalam mencari penumpang pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang.

Baca juga: Hindari Dekompresi, Polri Imbau Penyelam Terapi Hiperbarik

Kepada wartawan, Budi menceritakan motivasi yang membuatnya rela meninggalkan pekerjaan demi mencari para korban.

"Kami punya keahlian diving dan kami dibutuhkan ya. Kami sebagai manusia rasa kemanusiaannya muncul kan. Jadi, ya kami turun di mana saja kami punya waktu," kata Budi.

Budi menuturkan, relawan dari POSSI umumnya mesti meninggalkan pekerjaan demi mengikuti proses pencarian korban. Termasuk Budi yang bekerja sebagai pemandu wisata.

Setiap malamnya, para anggota POSSI juga berkoordinasi supaya selalu ada penyelam yang bertugas.

"Jadi di-rolling lah. Setiap malam di-list siapa saja yang bisa karena ada juga yang bekerja kantoran cuma bisa Sabtu dan Minggu," katanya.

Meskipun sudah menggeluti olahraga selam sejak lama, penyelaman dengan tujuan SAR (Search and Rescue) merupakan hal baru bagi Budi.

Baca juga: Menhub Sebut Penyelam yang Tewas Saat Cari Korban Lion Air adalah Pahlawan Aviasi

Pengalaman Menyelam

Jatuhnya pesawat Polri di perairan Batam pada Desember 2016 adalah pengalaman pertamanya menyelam untuk tujuan SAR.

Budi mengaku saat itu dirinya sempat tercekat ketika menemukan jenazah korban jatuhnya pesawat di dalam air. Namun, lama-kelamaan ia semakin terbiasa.

"Ya ngeri-ngeri juga. Pertama ngeri, ya memberanikan diri dan karena sudah bawaan yang harus kami lakukan, ya kami lakukan. Demi kemanusiaan kami jadi berani, kami ambil," ujar dia.

Budi menambahkan, dirinya juga punya trik supaya tetap tenang ketika menemukan jenazah dengan kondisi yang mengenaskan.

"Kalau saya sih kalau liat di situ berusaha tenang dulu, ambil napas pelan-pelan, sudah tenang, baru kami lakukan sesuatu. Jadi jangan langsung begitu," katanya.

Baca juga: Kepala Basarnas: Endapan Lumpur Sulitkan Pencarian CVR

Ia menyebut, sebaiknya para penyelam juga harus menguatkan mental sebelum menceburkan diri ke laut. Sebab, masalah bisa timbul bila penyelam merasa panik di bawah laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com