JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan, air di laut utara Jakarta akan mencapai Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pada tahun 2025.
Prabowo menyebut hal itu berdasarkan prediksi United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
"Air laut di bagian utara Jakarta meninggi, UN memprediksi, diperkirakan air di Tanjung Priok pada 2025 akan sampai pada Hotel Kempinski, Hotel Grand Hyatt, Bundaran HI," kata Prabowo, Rabu (21/11/2018).
Baca juga: Target Rampung 2020, Ini Progres Pembangunan Tanggul Pantai Milik DKI
Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mengungkapkan, kondisi itu merupakan dampak dari perubahan iklim. Selain Indonesia, negara lain juga mulai merasakan dampaknya.
Contoh lain dari dampak tersebut adalah dunia akan mengalami defisit air bersih pada tahun 2025, demikian berdasarkan perbincangannya dengan seorang ahli.
Sayangnya, Prabowo berpendapat, Indonesia belum siap untuk menghadapi dampak perubahan iklim tersebut.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono setuju dengan pernyataan Prabowo. Dia menyebut Jakarta berpotensi tenggelam.
Meski demikian, Basuki enggan berkomentar tentang pernyataan Prabowo yang secara spesifik menyebut bahwa air laut akan sampai ke Bundaran HI pada 2025.
"Iya, saya juga kan dulu pernah bilang, 15 tahun lagi akan tenggelam," ujarnya.
Untuk mengantisipasinya, kini pemerintah mendorong program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) alias tanggul pantai raksasa di utara Jakarta. Tanggul raksasa itu bisa mengatur ketinggian air laut yang berhadapan langsung dengan daratan Jakarta.
"Untuk emergency, ya bikin tanggul. Kalau tidak, memang kita akan tenggelam terus," ucap Basuki.
Baca juga: Ditargetkan Rampung Desember, Ini Fungsi Tanggul NCICD di Marunda
Basuki menuturkan, penyedotan air tanah merupakan penyebab utama turunnya muka tanah di Jakarta.
Tanah di Jakarta, khususnya Jakarta Utara, turun sebanyak 10 hingga 12 centimeter per tahunnya. Hal ini semakin berpotensi membuat masuknya air laut ke daratan.
"Sekarang, apa tindakannya? Karena masih ada penyedotan air tanah berlebihan, maka harus ada suplai air bersih sehingga membuat orang stop pakai air tanah dan sumur. Makanya dibikin DAM dan SPAM Jatiluhur supaya penggunaan air tanah bisa distop," ujar Basuki.
Seperti Basuki, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menyoroti soal penggunaan air tanah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kata dia, tidak akan membiarkan penyedotan air yang menyebabkan turunnya permukaan tanah.