JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga telur ayam di sejumlah pasar di Jakarta membuat sejumlah pedagang resah.
Bahkan, harga telur ayam menyentuh angka Rp 26.000 per kilogram di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.
Salah satu pedagang di Pasar Jatinegara, Nur Fikri (40) mengatakan, kenaikan harga telur sudah dirasakan sejak sepekan ini. Harga terus meroket dan saat ini mencapai Rp 26.000 per kilogram.
Baca juga: Kemendag Atur Harga Telur Rp 18.000-20.000 Per Kilogram
"Sekarang naik, ini saja harganya sudah Rp 26.000. Makanya kami juga pusing ini kalau sudah mulai naik begini," kata Nur di Pasar Jatinegara, Rabu (5/12/2018).
Ia mengungkapkan, kenaikan harga telur ayam cukup signifikan dari yang biasanya hanya Rp 20.000 per kilogramnya. Hal ini membuat dirinya terpaksa mengurangi stok kulakan telur.
"Belum lama (kenaikan harganya), seminggu ini lah. Tadinya Rp 20.000, terus naik jadi Rp 23.000, naik lagi Rp 25.000, nah sekarang ini baru masuk harga Rp 26.000. Ya karena naik begini, kami belanja jadi berkurang," ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Mahmudi (43), pedagang telur lainnya. Ia mengaku tak mengetahui penyebab kenaikan harga telur ini.
Baca juga: Harga Telur Ayam Mahal, Pemprov DKI Akan Tambah Subsidi Pangan
Namun, Mahmudi khawatir harga telur yang terus melonjak naik akan mempengaruhi harga bahan pokok lainnya.
"Saya enggak tahu (penyebabnya). Mungkin saja karena memang mau Natal dan Tahun Baru. Soalnya dari agen sendiri memang sudah mahal, ini saja kami ambil untung dikit," tuturnya.
Semenjak harga telur naik, kata dia, pendapatan yang ia dapat kian menipis. Apalagi dirinya sering mendapat komplain dari pembeli.
"Ya ada yang ngomel-ngomel, tapi ya gimana, dari sana sudah naik. Ini saja kami pendapatan jadi berkurang karena kulakan kami juga dikurangi, enggak berani ambil banyak," ujar Mahmudi.
Baca juga: Kementan Jual Telur Ayam Rp 19.000 Per Kg dalam Operasi Pasar
Sementara itu salah seorang pembeli, Sarwinah (38) berharap kenaikan harga telur ayam ini segara dapat diatasi.
Terlebih, dirinya membuka warung nasi yang mayoritas masyarakatnya lebih mencari telur sebagai lauk makanan.
"Ya berharap turun, harga Rp 20.000 saja mahal sebenarnya. Apalagi saya buka warung nasi. Orang kebanyakan cari telur dadar, tapi karena mahal, ya terpaksa dibatasi. Ya mudah-mudahan saja enggak berpengaruh ke harga yang lain," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.