JAKARTA, KOMPAS.com - Slamet Gunaedi, Satpam SMAN 4 Tangerang Selatan, mungkin tidak menyangka bahwa dalam hidupnya akan mendapat penghargaan dari pihak kepolisian karena hal sepele, rajin merapikan sepeda motor yang terparkir di sekolah itu.
Jumat (1/2/2019) kemarin, Polres Tangerang Selatan memberikan penghargaan sebagai satpam inovatif kepada satpam berusia 47 tahun itu.
Wakapolres Tangerang Selatan Kompol Arman mengatakan, sosok Slamet yang inovatif dan peduli kepada pelajar SMAN 4 Tangsel jadi alasan pemberian penghargaan kepada dirinya.
"Kami anggap Pak Slamet ini satpam yang inovatif. Biasanya satpam menjaga saja, tapi ini peduli sama adik-adik pelajar. Sehingga motor-motornya dirapiin dan lebih uniknya lagi dibikin per merek dan per warna," kata Arman saat dihubungi Kompas.com, Jumat siang.
Slamet memang bukan sekadar merapikan area parkiran sekolah tersebut. Ratusan sepeda motor milik murid dan guru yang terdiri dari beragam merek, model, dan warna ia kelompokkan agar terlihat lebih rapi dan enak dipandang.
"Terus yang bisa diajarkan dari Pak Slamet kepada pelajar ini kedisiplinan dan tertib ya kan, karena mengatur warna dan tipe motornya itu kan mengajarkan kedisiplinan kepada pelajar," ujar Arman.
Slamet menuturkan, ia berinisiatif sendiri merapikan motor-motor milik warga sekolah saban hari pada jam sekolah mulai pukul 05.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Ia selalu mengingatkan para murid agar sepeda motornya tidak dikunci setang. Namun, ada juga murid yang lupa sehingga sedikit menyulitkan Slamet yang bekerja seorang diri.
"Karena saya hobi ketertiban. Selain itu juga memudahkan pemilik kendaraannya, misalnya waktu dia izin sakit. Kalau berserakan dia kan susah ngeluarinnya," ujar Slamet menceritakan alasannya menyusun motor.
Slamet mengaku sudah 19 tahun melakukan kebiasaan tersebut. Ia memilih menjalankannya seorang diri karena mempunyai pengalaman yang tidak mengenakkan.
Slamet mengatakan, pernah sekali dia meminta bantuan seseorang untuk membantu merapikan kendaraan sekolah. Namun, orang itu berlaku tidak jujur. Sejumlah barang yang tertinggal di sepeda motor diambil.
Meski pekerjaannya tidak mudah, Slamet yang berstatus pegawai honorer mengaku pembayaran gajinya sering terhambat. Akibatnya, ia pun mempunyai pekerjaan sampingan sebagai sopir ojek online yang dilakoninya selepas jam sekolah.
"Kalau gajian bisa dua tiga bulan sekali, nunggu SMS (mobile banking) dari Bank Banten. Gaji saya Rp 1,25 juta, uang kontrakan Rp 1,7 juta, belum pulsa, listrik. Ya, ngojek lah habis magrib buat anak sekolah, buat jajan sekolah. Tapi meski begitu, Alhamdulillah, ketemu saja jalannya," ujar Slamet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.