TANGERANG, KOMPAS.com - SDN Jurang Mangu Timur 01, Pondok Aren, Tangerang Selatan yang jadi tempat Muhammad Putra (12) bersekolah menerapkan kebijakan khusus kepada bocah penjual cilok yang viral di media sosial itu, beberapa waktu lalu.
Kebijakan yang dimaksud adalah memperbolehkan Putra menjual cilok di lingkungan sekolah.
Sekolah memperbolehkan hal tersebut supaya Putra tetap semangat bersekolah sembari memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anak yatim piatu.
"Dulu sebelum memperbolehkan Putra berjualan di sekolah, dia jarang masuk. Seminggu bisa masuk hanya tiga hari," ujar Wali Kelas Putra, Pati Fitriyani kepada Kompas.com. Kamis (14/2/2019).
Baca juga: Putra, Bocah Penjual Cilok Bercita-cita Jadi Pesepakbola seperti Febri Hariyadi
Pihak sekolah menduga Putra kerap absen sekolah karena di pagi hari ia berjualan cilok terlebih dahulu. Lalu saat siang hari ketika mulai sekolah, ia keterusan berjualan.
"Pihak sekolah menduga Putra sudah jualan sejak pagi, lalu keterusan atau kelelahan, jadi absen saat waktunya sekolah," terang Pati.
Saat ini, setelah diperbolehkan untuk berjualan di sekolah, Pati menilai semangat belajar Putra meningkat.
"Pihak sekolah memahami peristiwa yang menimpa Putra, maka kami mencoba untuk membantu, salah satunya adalah memperbolehkan ia berjualan di sekolah. Para guru dan temannya kemudian juga sering ikut memborong dagangannya," kata Pati.
Para guru SDN Jurang Mangu Timur 01 tidak ingin Putra kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan.
Untuk itu, pihaknya juga membantu semaksimal mungkin agar Putra tetap bisa mendapatkan pendidikan di tengah desakannya membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
"Dia itu baik, semua guru disapa, dengan anak lain juga supel. Suatu kali ia pernah memberikan uang Rp 10.000 kepada pemulung yang mengais di tempat sampah sekolah. Anak sebaik ini, dia juga harus didukung pendidikannya," tutur Pati.
Baca juga: Kisah Putra, Bocah Yatim Piatu yang Hidupi Keluarga dengan Jualan Cilok
Putra saat ini duduk di bangku kelas 3 SD dengan jadwal belajar pukul 12.30 hingga 17.00. Selepas sekolah, ia akan berjualan cilok lagi hingga pukul 21.00.
Anak kedua dari empat bersaudara ini berjualan cilok untuk memenuhi keperluan sehari-hari, membayar kontrakan rumah berukuran 3x5 meter, dan untuk membiayai dua adik kecilnya yang berada di bangku TK serta yang berusia 10 bulan.
Ia mesti menggantikan kakaknya mencari uang. Kakak Putra, Siti Juleha (17), berperan merawat adik kecilnya.
Bersama dengan suami Siti, Putra menjadi penopang ekonomi keluarganya.
Kedua orangtua Putra meninggal tahun lalu. Sang ayah meninggal karena sakit paru-paru, sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkan adik bungsunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.