JAKARTA, KOMPAS.com - Tim penyidik Polda Metro Jaya bersama tim pusat laboratorium forensik (Puslabfor) dan Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis) melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait kebakaran di Pelabuhan Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com di lokasi Minggu (24/2/2019), olah TKP dilakukan sejak pukul 16.00 WIB dengan menghadirkan tujuh saksi.
"Saat ini, tim penyidik bersama dengan Puslabfor dan Inafis sedang melakukan kegiatan (olah TKP). Kita lihat sendiri, sedang diambul airnya karena ada genangan di dalam kapal," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Pelabuhan Muara Baru, Minggu.
Argo mengungkapkan, tim Puslabfor akan menguras air yang menggenangi bangkai kapal yang terbakar terlebih dahulu. Nantinya, mereka akan turun ke kamar mesin kapal untuk mencari penyebab kebakaran.
Baca juga: Minggu Sore, Api Kembali Membakar Bangkai Kapal di Pelabuhan Muara Baru
"Setelah nanti air sudah terkuras semuanya, Puslabfor akan turun di deck mesin dan melihat awal mulanya kebakaran seperti apa, percikan api seperti apa," ucap Argo.
Berdasarkan keterangan saksi, percikan api pertama kali muncul setelah anak buah kapal (ABK) melakukan pekerjaan las di kamar mesin.
Argo mengatakan, pihaknya akan menyelidiki terlebih dahulu penyebab pasti kebakaran itu.
"Dari keterangan saksi bahwa percikan pertama setelah petugas atau karyawan itu melakukan pekerjaan las di deck paling bawah," kata Argo.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran menghanguskan 34 kapal nelayan di Pelabuhan Muara Baru, Sabtu (23/2/2019) pukul 15.16 WIB.
Dalam proses pemadaman, angin bertiup kencang ke arah barat, sehingga mengenai kapal lainnya yang posisinya saling berdekatan. Api baru berhasil dipadamkan pada Minggu pukul 05.16 WIB.
Kepala Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara Satriadi Gunawan mengatakan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar 14 jam untuk memadamkan api karena kapal yang bersandar terbuat dari kayu.
"Kesulitannya bahan (pembuatan) kapal dari kayu. Kondisi kapal juga terisi full solar, jadi matinya (api) lama. Angin kencang juga berpengaruh," kata Satriadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.