Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Burangkeng yang Puluhan Tahun Hidup dengan Sampah

Kompas.com - 04/03/2019, 16:42 WIB
Dean Pahrevi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Kurang lebih 23 tahun warga Desa Burangkeng yang hidup berdampingan dengan gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Kabupaten Bekasi tak mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Selama itu juga, warga terbiasa dengan bau sampah dalam keseharian mereka.

Joko (42), warga yang tinggal puluhan tahun di desa tersebut, mengatakan bahwa sejak 23 tahun TPA itu didirikan, belum sekalipun Pemkab Bekasi memberikan perlakuan khusus kepada dirinya maupun warga lainnya.

Imbas dari TPA itu pun dirasakan warga desa, salah satunya tak ada saluran air di area permukiman warga.

"Saluran air tidak ada, jadi kalau air licit (sampah) dari truk itu keluar dari boksnya itu mengalirnya ke area rumah-rumah warga dan itu baunya bukan main," kata Joko saat ditemui Kompas.com di Kantor Desa Burangkeng, Senin (4/3/2019).

Baca juga: Warga Tutup TPA Burangkeng, Pemkab Bekasi Bingung Alihkan Pembuangan Sampah

Selain itu, pemeliharaan area TPA yang sehari-harinya dilalui warga tidak dijaga dan ditata dengan baik. Saat memasuki area TPA, warga langsung berhadapan dengan gunungan sampah.

"Lihat itu TPA-nya enggak rapi, amburadul, cuma jalan saja. Enggak ada tanaman hijau, enggak ada penataan begitu kayak di Bantargebang. Itu kan kita lewatin terus setiap hari, buat berangkat sekolah, kerja segala macam," ujar Joko.

Arini, warga lainnya, menilai bahwa pengadaan fasilitas kesehatan dan pemberian uang kompensasi untuk warga harus diutamakan.

Apalagi, kata dia, fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit jarang di sana. Sekolah pun jaraknya terbilang jauh dari tempat tinggal Arini dan sedikit jumlahnya. 

"Yang paling penting uang bau-lah itu kayak Bantargebang. Kita kan hidup begini pengeluaran bertambah, beli sabun buat nyuci baju, obat nyamuklah, segala macam," ucap Arini.

Oleh sebab itu, ia menilai wajar bagi warga Desa Burangkeng untuk menutup paksa TPA Burangkeng karena tidak ada perhatian khusus dari Pemkab Bekasi terhadap warga sekitar TPA itu.

"Kita harap apa yang kita minta dipenuhi pemerintahlah, jangan begini terus," ucap Arini.

Baca juga: TPA Burangkeng Tetap Ditutup Warga Sampai Tuntutan Dipenuhi Pemkab Bekasi

Sebelumnya diberitakan, ratusan warga Desa Burangkeng berunjuk rasa di depan TPA Burangkeng dengan menutup TPA tak memperbolehkan ada aktivitas di dalam TPA.

Sejumlah spanduk bertuliskan "Kami Warga Desa Burangkeng Menolak dan Menutup Tempat Pembuangan Sampah" dipasangan di sejumlah sudut TPA. Aparat kepolisian juga berjaga saat unjuk rasa berjalan.

Warga tak akan membuka TPA Burangkeng sampai ada kepastian dari Pemkab Bekasi untuk memberi kompensasi dan perhatian khusus kepada warga Desa Burangkeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com