JAKARTA, KOMPAS.com - Pura Agung Wira Satya Bhuana. Gambir, Jakarta Pusat menggelar pawai ogoh-ogoh untuk menyemarakkan perayaan hari raya Nyepi, Rabu (6/3/2019) sore.
Arak-arakan dimulai dari Pura Agung Satya Bhuana menuju Jalan Tanah Abang II, Jalan Abdul Muis, Jalan Suryopranoto, dan berakhir di pura kembali.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, warga tampak antusias menyaksikan pawai ogoh-ogoh tersebut.
Baca juga: Ada Arak-arakan Ogoh-ogoh Jelang Nyepi di Gambir
Walaupun hujan gerimis mengguyur, warga tetap menunggu pawai dilakukan.
Ada yang menunggu di bawah pohon untuk menghindari hujan, ada pula yang memilih menunggu di depan pura menggunakan payung.
Sebelum ogoh-ogoh diarak, jemaah pura tampak berdoa terlebih dahulu.
Baca juga: Bersemangat Lawan Hoaks, Warga Kulon Progo Bakar Ogoh-ogoh Butho
Kemudian, tiga ogoh-ogoh keluar dari pura pada pukul 17.30.
Dalam kebudayaan Bali, kepribadian Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan, biasanya dalam wujud raksasa.
Baca juga: Ogoh-ogoh hingga Barongsai Meriahkan Karnaval Budaya Pesona Lokal di Malang
Pawai ogoh-ogoh itu diiringi alunan musik baleganjur yang dimainkan sepuluh jemaah pura.
Alunan musik menyemarakkan arak-arakan ogoh-ogoh tersebut.
Masyarakat terpantau mengambil foto ogoh-ogoh saat pawai berlangsung.
Baca juga: Kisah Perjuangan Bima di Balik Pawai Ogoh-ogoh Menyambut Nyepi
Pengendara kendaraan bermotor juga antusias mengambil gambar.
Koordinator pawai ogoh-ogoh, I Kadek Mustika mengatakan, pawai ogoh-ogoh merupakan bentuk tradisi perayaan Nyepi umat Hindu.
Baca juga: Sambut Nyepi, Ratusan Ogoh-ogoh Diarak di Pulau Seribu Masjid
"Pawai ogoh-ogoh ini diharapkan dapat menetralisir unsur negatif dan menyeimbangkan alam ini," kata I Made kepada Kompas.com.
I Made menjelaskan, ogoh-ogoh memang dibuat dengan wajah menyeramkan untuk merepresentasikan sifat buruk manusia.
"(Ogoh-ogoh) berbentuk raksasa dan bermuka seram sebagai perwujudan sifat-sifat buruk manusia. Nah ini diharapkan nanti sifat buruk itu bisa terserap sehingga dunia menjadi netral dan damai," ujar I Made.
Baca juga: Dinosaurus Ramaikan Festival Ogoh-ogoh di Batam
"Setelah diarak, ogoh-ogoh akan kita bakar secara simbolis saja. Kita, kan, berada di kota besar, banyak kabel listrik, jadi tidak mungkin dibakar seperti tradisi di Bali," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.