JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas (Sudin) Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Barat, Edy Mulyanto, mengaku masih sulit menjangkau warga kalangan menengah ke atas untuk memilah-milah sampah dan ditabungkan ke bank sampah.
Ia mengatakan, biasanya para warga yang tinggal di perumahan mewah lebih memilih untuk membayar tukang sampah ketimbang repot-repot memilah sampah dan mengantarkannya ke lokasi Bank Sampah.
"Mereka tahunya, 'gua udah payar ke tukang sampah, ngapain sampai milah-milah'," kata dia saat dihubungi Jumat (12/4/2019)
Namun, pihak Sudin LH akan mengupayakan program bank sampah ini melalui asisten rumah tangga yang ada di perumahan-perumahan tersebut.
Baca juga: Bank Sampah di Jakarta Barat Capai Omzet Rp 7,6 Miliar
Dengan memberdayakan para asisten rumah tangga diharapkan dapat memberi nilai ekonomis tersendiri bagi mereka.
"Nanti bisa jadi pendapatan tambahan bagi para asisten rumah tangga buat pulang kampung, misalnya, di luar gaji dari pemilik rumah," ujar Edy
Program bank sampah di Jakarta Barat sudah dirintis sejak Agustus 2017. Hingga saat ini, total ada 648 bank sampah yang tersebar di delapan kecamatan Jakarta Barat.
Baca juga: DKI Akan Kembangkan ATM hingga Aplikasi Bank Sampah
Dari ratusan bank sampah itu sudah menghasilkan omzet Rp 7,6 miliar dengan rata-rata pendapatan perhari Rp 17 juta sejak awal diprogramkan hingga Maret 2019.
Pada Januari dan Februari 2019, progr bank sampah dapat mengurangi jumlah sampah Jakarta Barat hingga 25 persen, namun pada bulan Maret terjadi penurunan menjadi 20 persen.
Baca juga: Unik, Nasabah di Bank Sampah Ini Justru Harus Bayar Rp 2 Juta per Bulan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.