Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruang Publik di Jakarta Dinilai Belum Ramah Perempuan

Kompas.com - 24/04/2019, 19:08 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komnas Perempuan, Azrian menilai, Jakarta sejauh ini belum sanggup menciptakan kondisi ruang publik yang ramah perempuan. Salah satu hal yang ia soroti yakni masih adanya sejumlah titik di jalur pedestrian di Jakarta yang gelap pada malam hari.

Keadaan itu, menurut dia, rawan memicu kekerasan seksual terhadap perempuan.

"Sejauh ini ruang-ruang publik kita, di Jakarta, belum sepenuhnya aman bagi perempuan terutama di malam hari. Dukungan fasilitas infrastruktur lainnya, penerangan, misalnya, masih kurang. Tempat-tempat yang cukup gelap dilalui perempuan, rawan terjadi kekerasan seksual," kata Azriana di kantornya, Rabu (24/4/2019).

Baca juga: Jangan Jadikan Trotoar Sudirman-Thamrin Hanya sebagai Tontonan

Azriana mengatakan, dukungan infrastruktur mutlak diperlukan sebagai syarat dasar terciptanya ruang publik yang ramah perempuan.

Sejauh ini, ia mengapresiasi iktikad pemerintah mewujudkan hal tersebut, kendati masih jauh dari sempurna.

"Akses untuk melapor ke polisi, misalnya jika terjadi kasus kekerasan seksual, jauh. Tidak begitu mudah," ujakata dia memberi contoh.

Ia juga menyoroti minimnya terobosan pemerintah dalam mengubah cara-cara pandang yang selama ini menyuburkan praktik kekerasan seksual terhadap perempuan. Azriana beranggapan, pemerintah terlalu berfokus pada penanganan dan pencegahan secara fisik.

"Misalnya satu hal yang perlu kita kritik, pemisahan gerbong atau ruang khusus perempuan di transportasi umum. Kami berharap, itu saja tidak cukup karena kami mau sampai kapan misahin ruang?" ujat dia.

Baca juga: Terowongan Jalan Kendal, Jalur Pedestrian Artistik di Jantung Ibu Kota

Azriana berharap, pemerintah sanggup menggenjot upaya-upaya edukasi secara luas ketimbang semata bertumpu pada pembenahan infrastruktur. Pembenahan infrastruktur penting tetapi tidak serta-merta memberantas potensi kekerasan.

"Pemisahan gerbong atau ruang itu sementara sifatnya, sambil mengedukasi, supaya kita juga bisa memastikan ada cara pandang yang berubah," kata dia.

"Yang perlu dipastikan, bukan saja sudah dipisah gerbongnya, sudah baik trotoarnya, atau sudah terang jalanannya, tetapi juga bagaimana, lagi-lagi, balik ke perilaku. Orang kalau tidak berubah mindset-nya, infrastruktur pun jadi tidak berguna juga," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com