JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 11 tempat pemungutan suara (TPS) di Jakarta Timur melaksanakan pemungutan suara ulang (PSU), salah satunya TPS 018 yang berada di Jalan Delima 3, RT 010 RW 003, Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Pantauan Kompas.com, tampak masyarakat satu per satu datang ke TPS untuk mencoblos.
Sementara itu, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) ini tampak kompak menggunakan kaus coklat.
Kemudian, para anggota kepolisian, anggota KPU Jakarta Timur dan Komisioner Bawaslu DkI Bagian Penindakan Pelanggaran turut hadir mengawasi PSU di TPS itu.
Baca juga: PSU Digelar di Sejumlah TPS Jabodetabek Ini
Hingga pukul 10.24 WIB, ada 146 dari 296 jumlah daftar pemilih tetap yang hadir mencoblos di TPS ini.
Salah satu yang mencoblos, Rianti (43), mengaku tak seantusias awal pertama saat mencoblos.
“Yah tidak seantusias awallah mbak, ini kan pengulangan, apalagi sudah kelihatan jumlah suaranya. Jadi tidak penasaran lagi,” ucap Rianti saat ditemui di TPS 018, Sabtu (27/4/2019).
Ia mengatakan, pemilu di TPS-nya tersebut diulang lantaran banyaknya mahasiswa yang indekos di kawasan itu dan tidak membawa A5, tetapi bisa mencoblos saat itu.
“Mungkin yang pertama kecolongan mbak makanya bisa sampai ada 30-an orang deh kalau tidak salah yang nyoblos tanpa A5,” ucap dia.
Sementara itu, Nana Ratnasi berharap pemungutan suara ulang ini bisa jadi evaluasi, khususnya bagi KPU untuk pemilu selanjutnya.
Baca juga: PSU Akan Dilakukan di TPS 65 Jatijajar Depok
Menurut dia, dengan diulangnya pemungutan suara ulang, banyak warga yang sudah tidak antusias lagi untuk mencoblos.
“Kan jadi ganggu aktivitas ya kalau diulang begini, apalagi Sabtu suami saya kerja kan tidak bisa nyoblos. Harapannya ke depan lebih baik lagilah,” ucap dia.
Komisioner Bawaslu DkI Bagian Penindakan Pelanggaran Puadi mengatakan, TPS 018 adalah salah satu TPS yang menjadi fokus pengawasannya.
Sebab, ada 30 mahasiswa yang tidak memiliki A5 saat pemilu pada 17 April 2019 kemarin memaksa untuk mencoblos.
Bawaslu mengawasi pencoblosan ini untuk mengantisipasi akan ada mahasiswa-mahasiswa lainnya yang digiring untuk memaksa nyoblos di TPS ini
“Ini seperti kita sedang antipasi karena khawatir mahasiswa memaksakan aksi mencoblos lagi. Apalagi dikhawatirkan akan menggiring mahasiswa lainnya karena ini TPS yang unik memang dibanding yang lainnya,” ucap dia.
Puadi juga mengatakan, saat ini ada tujuh KPPS baru yang bertugas lantaran KPPS lama sudah dipecat.
“Karena pada saat pemilu kemaren mahasiswa memaksa, nah KPPS di sini waktu itu memberi ruang gerak sehingga mereka bisa mencoblos sehingga semua petugas KPPS itu sudah dihentikan,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.