Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Tak Ingin Diskriminasi Para Pendatang

Kompas.com - 12/06/2019, 14:22 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, dia tak ingin mendiskriminasi warga yang datang ke DKI Jakarta. Ia tak ingin mereka diawasi secara ketat seperti dulu.

"Kami enggak lakukan operasi-operasi di terminal, stasiun, apalagi orang diperiksa, digelandang punya KTP apa tidak, seakan-akan yang KTP luar Jakarta seperti warga kelas dua," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (12/6/2019).

Menurut Anies, tradisi itu tak layak dilakukan. Sebab yang menjadi sasaran biasanya rakyat kecil dengan modal terbatas. Anies ingin ada perlakuan setara bagi mereka.

Baca juga: Menanti Pendatang Ibu Kota Jakarta Usai Lebaran...

"Bukan berarti Pemprov DKI mengundang orang datang ke DKI Jakarta, tidak. Kami hanya menerapkan kesetaraan seperti kota lain," kata Anies.

Anies mengatakan, siapapun bisa datang untuk mengadu nasib ke kota mana saja. Ia meyakini sebagian besar warga DKI saat ini dulunya juga pendatang.

"Jangan sampai kita ingin hidup lebih baik tapi enggak ingin orang lain ngikutin jejak yang kita kerjakan," ujar dia.

Soal pencatatan data, Anies memastikan baik warga yang datang maupun pergi perlu melapor.

"Saya mengimbau semuanya jangan keluar Jakarta melaporkan bahwa bikin surat pindah, yang masuk juga bawa surat. Dengan begitu pencatatan berlangsung baik," kata Anies.

Kemarin, Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD DKI Jakarta Darussalam mengingatkan Anies tentang pentingnya pengawasan bagi pendatang baru.

"Saya hanya mengulang ucapan Pak Gubernur tahun lalu. Dia bilang, kelengkapan data administrasi kependudukan itu sangat penting. Supaya pemerintah mudah menunaikan kewajiban bagi warga," kata Darussalam, Selasa.

Baca juga: Anies Diingatkan soal Pentingnya Awasi Pendatang Baru

Menurut Darussalam, data kependudukan berkaitan erat dengan pelayanan yang diberikan oleh Pemprov DKI. Ia tak ingin DKI kerepotan dalam membuat kebijakan karena kurang lengkapnya data administrasi kependudukan.

"Jadi gubernur jangan asal populis dalam membuat kebijakan. Harus konsisten. Dulu meminta SKPD dan warganya tertib administrasi kependudukan. Sekarang malah berbuat sebaliknya,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Megapolitan
Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Megapolitan
Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Megapolitan
Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com