Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru SMAN 1 Depok Hadapi Antrean PPDB Membeludak hingga Orangtua yang Menangis

Kompas.com - 28/06/2019, 17:32 WIB
Cynthia Lova,
Dian Maharani

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com-Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) jenjang SMP, SMA, dan SMK di wilayah Jawa Barat telah berakhir pada Sabtu (22/6/2019) lalu.

Meski demikian, para panitia PPDB masih sibuk di sekolah untuk melayani sejumlah orangtua yang hingga kini menanyakan terkait penerimaan anaknya, bahkan melayani konseling untuk PPDB ini.

Sejak Senin (17/6/2019), sejumlah sekolah negeri di Depok terus menerus didatangi oleh para warga yang ingin menyekolahkan anak-anaknya, tak terkecuali di SMAN 1 Depok yang masih jadi incaran para siswa di Depok.

Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Depok bagian Humas, Rosalina mengatakan, ada 2.500 orang yang melakukan pendaftaran pada hari pertama di SMAN 1 Depok.

Guna melayani para pendaftar, semua guru dan karyawan SMAN 1 pun dikerahkan. Berbagai skenario juga disiapkan demi kelancaran proses pendaftaran.

Baca juga: Cerita Guru SMA 8 Layani 320 Pendaftar PPDB dalam Satu Hari

Orangtua murid datang pukul 02.00

Meski telah menyiapkan skenario dari jauh-jauh hari, rupanya skenario tersebut harus diubah 100 persen lantaran orangtua murid saat itu sudah datang ke sekolah sejak pukul 02.00 WIB.

"Kemarin itu ya kami kecolongan jumlah pendaftar. Dari tahun-tahun ke tahun data yang kami pegang cuma sekitar 700 orang, nah kemarin itu sampai 2.500 lebih. Ya itu tadi, jadi agak kisruh. Skenario yang kami buat jadi berantakan, tapi kami paham kekhawatiran mereka," ujar Rosalina kepada Kompas.com.

Pendaftar PPDB di SMPN 115, Jalan KH Abdullah Syafei, Tebet Timur, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019).KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA Pendaftar PPDB di SMPN 115, Jalan KH Abdullah Syafei, Tebet Timur, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019).

Rosalina mengaku, uji kesabaran para panitia saat PPDB kali ini dicoba lantaran antusiasme masyarakat yang mendaftar saat itu tinggi.

Dimulai dari antrean panjang dari pagi buta, mendengarkan keluhan, dan protes orangtua hingga mengurus beberapa orangtua murid yang saat mengantre PPDB saat itu sempat pingsan.

Keluhkan sistem zonasi

Ia mengatakan, banyak orangtua murid yang mengeluhkan kuota sistem zonasi murni yang besar, yakni 55 persen.

Rosalina menyampaikan, banyak orangtua yang ngotot mendaftar di SMAN 1 meski tahu zonasi anaknya sangat jauh dari SMAN 1.

"Setiap hari ada saja yang datang ke saya curhat sampai nangis bilang pendaftaran tidak fair, karena banyak orangtua murid yang NEM-nya tinggi tidak lolos masuk sekolah ini," ujarnya.

Kemudian, ia mengatakan, banyak pula orangtua murid yang sudah mendaftarkan anaknya di sistem zonasi murni, tiba-tiba ingin pindah ke zonasi kombinasi.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com