Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Zonasi Dinilai Belum Efektif Hapus Stigma Sekolah Favorit di Bekasi

Kompas.com - 01/07/2019, 13:42 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sistem pendaftaran peserta didik baru (PPDB) melalui jalur zonasi dinilai belum banyak mengubah cara pandang siswa maupun orangtua soal sekolah-sekolah favorit di Bekasi, Jawa Barat.

SMPN 1 Kota Bekasi, misalnya. Sekolah negeri yang terletak di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur ini dikenal sebagai salah satu SMPN favorit seantero kota.

Tak heran, sejumlah siswa dan orangtua bersikeras mendaftar di sini, meskipun sekolah dan rumah mereka terpaut jarak yang cukup jauh.

"Bagus menurut saya. Info dari teman-teman begitu. Dia (SMPN 1 Kota Bekasi) terdaftar di peringkat teratas di Jawa Barat kalau enggak salah," kata salah satu orangtua murid, Darma (37), Senin (1/7/2019).

Baca juga: Pengumuman Hasil PPDB 2019 SMA dan SMK Banten Mendadak Ditunda

Saat ditemui Kompas.com di SMPN 1 Kota Bekasi sekitar pukul 10.00 WIB, Darma tengah memantau posisi anaknya di antara siswa-siswa lain di sekolah yang sama, berdasarkan jarak sekolah ke rumahnya.

Saat itu, posisi anaknya masih berada di peringkat 77 dari 129 siswa. Ia mengaku baru akan mendaftarkan anaknya ke sekolah terdekat bila posisi anaknya tergusur oleh siswa-siswa lain yang radius rumahnya lebih dekat ke SMPN 1 Kota Bekasi.

"Nanti di tanggal 3 Juli jam 14.30 semua kita pantau, kalau di sistem ter-delete, itu baru kita cari pilihan kedua," ujar Darma, yang lokasi rumahnya sendiri lebih dekat ke SMPN 18 Kota Bekasi.

"Cuma kan kita prioritas ke sini dulu," imbuhnya.

Orangtua murid lain, Fahmi (50) juga mengungkapkan alasan senada. Dia dan anaknya sama-sama "ngebet" mendaftar di SMPN 1 Kota Bekasi karena imej mentereng sekolah tersebut.

"Ada juga (daftar) selain di sini, tapi enggak ini ya, enggak meyakinkan," kata Fahmi sambil tertawa.

Baca juga: Disdik Jateng Kaji Usulan Merger SMA yang Kekurangan Siswa akibat Sistem Zonasi

"Anaknya pengin di sini, pengin kualitas lah. Kakaknya juga alumni sini, jadi adiknya mau ke sini ikutin jejak kakaknya. Karena kita tahulah kualitas sekolahnya," imbuhnya.

Menanggapi fenomena ini, Kepala Seksi SMP Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Mawardi, menganggap fenomena ini sebagai sesuatu yang lumrah. Menurutnya, keadaan ini telah terjadi sejak PPDB menggunakan sistem nilai hasil ujian nasional.

"Maksa-maksa itu biasa, dulu juga NEM kecil pengin masuk SMPN 1 Bekasi. Itu biasa. Namanya orangtua berharap begitu, SMPN 1 Bekasi dianggap favorit. Keinginan dan peraturan tapi kan harus diimbangi," kata Mawardi saat dikonfirmasi, Senin siang.

Ia mengaku tak bisa berbuat banyak mengatasi hal ini dan hanya akan mengacu pada peraturan. Ia mengatakan, para orangtua murid sebaiknya realistis dan tidak sekadar memburu sekolah yang dianggap favorit.

Baca juga: PPDB 2019, SMA Negeri di Kendal Ini Hanya Diminati 5 Siswa

"Itu sudah sistem, semua kita jalankan apa adanya. Kan sekolah banyak, ada SMPN 1, SMPN 3, SMPN 18, SMPN 32, SMPN 11, SMPNN 2, itu masih banyak pilihannya. Kalau mereka mental di SMPN 1 kan bisa ke SMPN 3, tapi sudah kedua kali kan (pilihan terakhir)," jelas Mawardi.

Sistem zonasi diberlakukan sebagai jalur masuk utama dalam PPDB 2019, termasuk di Bekasi. Hal ini menyusul kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memperketat syarat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 untuk jalur zonasi menjadi 90 persen dari siswa baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com