JAKARTA, KOMPAS.com — Bangunan liar yang terbuat dari kayu, terpal, dan papan seadanya berjejer di Kanal Banjir Barat di Jati Pulo, Jakarta Barat.
Di tempat itu, Kuwatno (41) bertahan hidup seorang diri. Dengan terpal berwarna biru seadanya dia tidur di bawahnya.
Hanya ada kursi panjang berwarna hijau dan beberapa baju Kuwatno di dalam terpal itu. Ada pula gerobak yang digunakan Kuwatno untuk bekerja sehari-hari.
Kuwatno yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung mengaku terpaksa tinggal di bangunan liar itu. Sebab, penghasilan sehari-harinya tidak cukup untuk menyewa rumah atau kos.
Baca juga: Jadi Kawasan Kumuh, Gubuk Liar Penuhi Bantaran Kanal Banjir Barat
"Saya sehari paling dapat Rp 60.000, paling banyak Rp 100.000, itu hanya untuk makan sama sisihkan untuk di kampung," katanya saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019).
Tekanan hidup kian terasa kala dia harus menafkahi istri dan menyekolahkan dua anaknya di kampung. Karena alasan inilah Kuwatno terpaksa membangun bangunan liar itu meski berkali-kali diperingatkan dan digusur Satpol PP.
"Ya, paling besoknya (setelah digusur) saya sudah balik lagi. Kalau pas digusur gitu, numpang tidur di pul tempat jual barang-barang ini," katanya.
Warga lain, Sugiman, yang tinggal di sebelah Kuwatno juga mengatakan hal yang tak jauh berbeda.
Baca juga: Ada Sampah TV hingga Kandang Ayam, Kanal Banjir Barat bak Supermarket di Sungai
Laki-laki berusia 63 tahun itu mengaku tak lagi memiliki keluarga dan tempat tinggal.
"Terpaksa tinggal di sini untuk bertahan hidup saja, sampai kapan, entah," katanya.
Dia juga mengaku berkali-kali dugusur, tetapi tidak membuatnya jera akan hal itu.
"Bukan hanya digusur, di sini juga banyak preman. Dompet saya sering hilang, sering ditendang sama mereka, dipaksa kasih uang, tapi bertahan saja," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.