Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Warga Bekasi terhadap Wacana Gabung ke Jakarta

Kompas.com - 19/08/2019, 19:35 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sejumlah warga Bekasi mengomentari wacana bergabungnya kota mereka ke dalam Provinsi DKI Jakarta. Ada yang setuju, ada yang menolak.

Fajar (27) termasuk salah satu warga yang setuju. Dia berharap, bergabungnya Bekasi dengan Jakarta akan meningkatkan kualitas infrastruktur di kotanya itu.

"Infrastruktur sekarang lihat saja bedanya jauh, padahal berbatasan dengan Ibu Kota. Di Jawa Barat kurang perhatian, wilayahnya Jawa Barat juga terlalu luas," kata pria yang tinggal di Mustikajaya itu, Senin (19/8/2019).

Dia juga berharap, pelayanan administrasi bisa dibenahi andai Bekasi berada dalam satu wilayah dengan DKI Jakarta.

Baca juga: Wali Kota Bekasi Yakin Mayoritas Warganya Setuju Gabung DKI

"Kayak bikin KTP pelayanannya lebih cepat, namanya juga Jakarta, enggak menunggu lamalah. Pelayanan publiknya berbenah," imbuhnya.

Syahbandar (26) juga punya pendapat serupa. Dia terpincut dengan aneka infrastruktur di Jakarta yang menurutnya jauh di atas Kota Bekasi.

"Infrastrukturnya masih minim, kentara banget, masuk Jakarta sudah beda. Harapannya, JPO (jembatan penyeberangan orang) bisa ikut cakep-cakep. Bekasi mah JPO-nya enggak ada yang bagus, enggak menyeluruh," kata pria yang tinggal di Bekasi Barat itu, Senin.

"Pemerataan pendidikan juga penting. Duitnya kan banyak DKI. Misalnya, di Jakarta ada KJP, itu juga lumayan buat nanti kalau sudah punya anak," imbuhnya.

Syahbandar juga menyetujui pernyataan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi yang menganggap antara Bekasi-Jakarta terdapat kedekatan budaya dan sejarah.

"Dari lubuk hati setuju. Sebagai orang yang mengalir darah betawi setuju banget, enggak usah jauh-jauh. Yang sekarang kita tahunya itu Jakarta, kagak tahu Bandung-Bandungan," kata dia.

"Jawa Barat jauh di kepala. Ibaratnya ke Bandung bisa lima jam, kalau ke Jakarta cuma sejam itu juga kalau macet," kata Syahbandar.

Namun, Setiawan (27) tak bisa setuju dengan wacana tadi. Alasannya, Bekasi dari mula memang bukan Jakarta. Apalagi, dulu kota tempat ia lahir dan besar itu sempat jadi bahan olok-olok di media sosial sebagai "planet".

"Dulu di-bully, sekarang mau masuk gak mungkin juga. Harga dirilah," kata Setiawan, Senin.

Menurut Setiawan, Jakarta justru akan banyak diuntungkan jika Bekasi bergabung. Jakarta tak perlu lagi menggelontorkan dana apabila hendak memakai fasilitas di Bekasi, ambil contoh Stadion Patriot Candrabhaga yang jadi markas Persija, serta TPST Bantargebang.

Selama ini warga Bekasi dapat kompensasi dari DKI dengan keberadaan TPST Bantargebang.

"Nanti, yang tadinya bayar jadi enggak bayar. Lebih ke marwah sebagai orang Bekasi, sih. Kalau bisa, Jakarta-nya saja yang gabung Bekasi," ujar Setiawan.

Wacana penggabungan Bekasi ke DKI Jakarta merebak usai Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menolak wacana pembentukan Provinsi Bogor Raya yang rencananya akan memasukkan wilayah Bekasi.

Menurut Rahmat Effendi, Bekasi lebih cocok dan logis bergabung ke DKI Jakarta karena berbagai pertimbangan. Ia juga yakin mayoritas warganya setuju jika bergabung dengan Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com