JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu yang lalu Kompas.com mewawancarai seorang alumni dan bekas bandar narkotika di sebuah universitas di Jakarta. Sebut saja namanya Charlie, dia kerap menjalankan bisnis haramnya di lingkungan kampus.
Charlie mengaku mampu meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah dari hasil penjualan narkotika di lingkungan kampus.
Namun, keuntungan itu tidak serta-merta dirinya habiskan sendiri. Dia kerap membagi-bagikan keuntungan itu kepada orang di sekitarnya, yang dianggap terlibat dalam melancarkan bisnis haramnya.
Baca juga: Kisah Charlie, Mahasiswa yang Terjun ke Dunia Hitam Jadi Bandar Ganja di Kampus
Jika dia tidak membagikan separuh keuntungannya kepada orang-orang tersebut, maka dirinya bisa meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah.
"Kalau mungkin gua pelit gua kaya sendiri. Kalau gua pelit, bisa habis di atas 50 (juta rupiah). Tapi itu habis buat dugem di Stadium, habis buat jalan-jalan ke mana-mana semau gua, habis beli barang, gitu-gitu saja," ujar Charlie.
Meski bergelimang uang, Charlie mengaku harus hidup berpindah-pindah tempat guna mengamankan dirinya dari perburuan polisi.
"Gua enggak pernah hidup di satu tempat, gua pindah-pindah terus. Bayar-bayar, jadi uang banyak tapi hidup enggak nyaman. Dikejar-kejar terus. Apalagi ada satu teman kami ditangkap, ketika dia ketangkap namaku yang disebut," ujar Charlie.
Penyesalan Charlie usai bergelut sebagai bandar ganja
Cukup lihai sebagai bandar ganja di kampus selama bertahun-tahun, nyatanya Charlie menyimpan banyak penyesalan. Mulai dari hidup yang tidak tenang, hingga penyakit yang ia derita akibat efek ganja yang memabukkan.
Rasa takut juga dialami Charlie. Bagaimana tidak, ketika setorannya kepada bos di dalam penjara seret, setiap hari Charlie harus menanggung risiko dibuntuti orang-orang suruhan si bos.
"Jadi pernah bos ku nurunin 100 kilogram, aku setoran cuma 50 kilogram. Nah aku dicari-cari, dia (bos) bayar orang. Aku enggak (berani) keluar keluar kampus, aku tunggu saja di dalam," ucapnya.
Sebagai bandar ganja, Charlie tentu tak pernah absen mengonsumsi narkoba yang dia jual di kampus. Tak pelak, tubuhnya pun terkena dampak negatif dari ganja setelah ia pensiun menjadi pengedar.
Baca juga: Charlie, Bandar Narkoba yang Mengaku Keluar dari Dunia Hitam Itu
Ia bahkan takut dengan hukuman mati yang akan dikenakan kepada pelaku pengedar narkotika.
"Saya takut hukuman mati bro," ucapnya.
Karena itulah Charlie menyarankan agar menjauhi penggunaan ganja.
"Saran gua janganlah pakai. Hancur masa depanmu, karena gua pernah terjaring di situ juga. Enggak ada gunanya, hancur pasti. Karena apa? Kita dibikin sakit, kita dibikin enggak fokus, jadi kalau bisa sudah lah," ujar Charlie.
"Bukanya gimana, gua enggak menutup mata sampai sekarang gua masih menggunakan tapi karena memang gua sudah sakit. Tapi, untuk mereka yang belum pernah sentuh, jangan sentuh lah, duit berapa pun di kantong pasti habis, pasti habis kalau sudah sakit. Dan jauhi lingkungan lingkungan yang ada narkobanya," tuntasnya.
Baca selengkapnya dalam artikel Geliat Narkoba di Kampus: Persekongkolan Mahasiswa, Alumnus, dan Sekuriti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.