JAKARTA, KOMPAS.com - Malinois belgian yang menerkam asisten rumah tangga bernama Yayan (35) hingga tewas merupakan tipe anjing pemburu.
Malinois belgian merupakan anjing pemburu yang biasa bekerja dengan polisi. Anjing tersebut terkenal ganas dan memang dilatih untuk menyerang target.
"Anjing ini malinois yang memang anjing pemburu polisi yang diajar untuk menggigit," kata Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Timur Irma Budiani di Jalan Langgar, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (2/9/2019).
Irma menjelaskan, anjing tersebut terkenal ganas dan tidak akan berhenti menyerang targetnya jika belum terluka parah.
Baca juga: Kronologi ART Tewas Diterkam Anjing Malinois Belgian di Cipayung
"Anjing ini pokoknya kalau belum mengoyak (target) sampai darah keluar, dia terus mengoyak sampai korbannya kelenger. Anjing pemburu ini," ujar Irma.
Adapun petugas Sudin KPKP Jakarta Timur akan mengobservasi anjing tersebut guna mengetahui apakah anjing tersebut menderita rabies atau tidak.
Sebelumnya, Yayan meninggal dunia usai diserang seekor anjing di rumah majikannya berinisial TD, Jalan Langgar RT04/RW 04, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (30/8/2019).
TD diduga memerintah Yayan untuk memberi makan anjingnya yang berjenis malinois belgian itu. Yayan pun sempat menolak karena takut, namun karena tidak enak lantaran baru dua minggu bekerja, ia akhirnya menuruti perintah TD.
Saat membuka kandang anjing, Yayan langsung diserang anjing tersebut.
"Langsung nerkam, lukanya banyak ada di leher, di payudara, di dada, paling banyak dada tengah banyak luka cakaran," Kata Kapolsek Cipayung Kompol Abdul Rasyid di Mapolsek Cipayung, Senin.
Baca juga: Pemilik Anjing yang Menerkam Pembantu Rumah Tangga Hingga Tewas Terancam Pidana
Yayan yang bersimbah darah pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Adhyaksa. Namun karena lukanya parah, korban dirujuk ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Sesampainya di RS Polri, korban meninggal dunia.
"Dari pihak keluarga (korban) tidak menghendaki untuk diautopsi. Makannya kami keluarga korban ke sini untuk berikan pernyataan untuk rumah sakit agar tidak diautopsi," ujar Abdul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.