Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Sebut Perbaikan Kualitas Udara Tak Terjadi Dalam 1 atau 2 Hari

Kompas.com - 10/09/2019, 13:59 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kualitas udara Jakarta tak serta merta langsung membaik setelah penerapan perluasan ganjil genap di 25 ruas jalan Jakarta.

Perbaikan kualitas udara akan terjadi secara bertahap.

"Angka emisi itu tidak bisa dilihat hanya dalam 1 hari atau 2 hari karena dinamis sekali. Kemarin saja, kita menyaksikan beberapa kota sangat jauh lebih tinggi polusinya dibanding Jakarta. Artinya kita tidak melihat data jam per jamnya," kata Anies di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (10/9/2019).

Baca juga: 1.904 Pelanggaran Hari Pertama Perluasan Ganjil Genap, Paling Banyak di Jakarta Barat

Menurut dia, kunci agar kualitas udara menjadi baik adalah warga yang tadinya menggunakan kendaraan roda empat mau beralih menggunakan kendaraan umum.

Dampaknya tak hanya kualitas udara yang membaik. Kemacetan juga bakal berkurang.

"Kita harus secara rata-rata terus menerus meningkatkan jumlah penumpang kendaraan umum, mengurangi jumlah kendaraan pribadi. Kalau itu dilakukan secara konsisten dalam jangka panjang Insya Allah kualitas lingkungan hidup di Jakarta lebih baik, kemacetan pun berkurang," ujarnya.

Baca juga: Evaluasi Hari Pertama Ganjil Genap, Kadishub DKI Sebut Kualitas Udara Membaik

Anies mengklaim bahwa pemberlakuan ganjil genap pada hari pertama meningkatkan pengguna kendaraan umum.

"Yang menggunakan transjakarta itu 892.000 per hari kemarin. Artinya hampir 900 ribu orang menggunakan transjakarta. Di tambah dengan MRT berarti hampir 1 juta orang menggunakan kendaraan itu adalah sebuah rekor," ucap Anies.

Airvisual siang ini

Adapun pada Selasa siang ini, kualitas udara di Jakarta dalam kategori moderat dan berada pada posisi 9 kualitas udara terburuk di dunia.

Informasi ini berdasarkan data dari situs www.AirVisual.com.

Baca juga: Anies Berencana ke Denmark pada Oktober, Hadiri Forum Bahas Kualitas Udara

AirVisual merupakan situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia.

Kualitas udara Jakarta tercatat 97 kategori tidak sehat dengan parameter PM2.5 konsentrasi 33,1 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.

Ketika menggunakan acuan US AQI, hasil analisa pencemaran udara untuk parameter PM2.5 dengan konsentrasi 0-10 ug/m3 termasuk kategori sedang, lalu 36 hingga 55 ug/m3 kategori tidak sehat untuk kalangan tertentu.

Kemudian, 56-65 ug/m3 adalah kategori tidak sehat, 66-100 ug/m3 kategori sangat tidak sehat dan 100 ug/m3 ke atas kategori berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com