JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah klinik berdiri di atas lahan di kawasan Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Klinik itu bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius yang telah berdiri sejak tahun 2004.
Di sana, seorang dokter mengabdikan diri untuk melayani kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah. Ia adalah Dokter Mangku Sitepoe (84), pria asal Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Dokter Mangku melayani pasien setiap hari Rabu dan Sabtu. Setiap pasien yang datang hanya dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 untuk pemeriksaan dan obat.
Sebelum praktek di klinik ini, Dokter Mangku bersama dengan empat orang lainnya, mendirikan klinik pengobatan gratis bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Yohanes Penginjil di Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada tahun 1995.
Baca juga: Alasan Dokter Mangku Sitepoe Rela Hanya Dibayar Rp 10.000 Obati Pasien
Ia bercerita, jumlah pasien yang harus ditangani terus meningkat.
"Waktu itu pasien sudah 200 lebih, satu hari praktek. Sedangkan yang praktek dokternya di sana kita baru lima orang. Jadi satu orang bisa kena 40 pasien," kata Dokter Mangku.
Karena itulah, didirikan klinik lainnya yang menjadi tempat Dokter Mangku praktek hingga saat ini.
Keinginan Dokter Mangku untuk berbuat baik didasari oleh kepercayaannya pada gagasan altruisme.
Baca juga: Semangkok Cerita Bang Udin, Penjual Bubur Difabel yang juga Pemanah Berprestasi
Gagasan altruisme menyatakan bahwa setiap individu yang berakal sehat memiliki keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi sesama tanpa pamrih. Paham ini dipercaya oleh Dokter Mangku dan pendiri lainnya untuk mulai melayani kesehatan masyarakat.
"Jadi dengan akal sehat, altruisme, sama satu lagi berkesinambungan, itulah dasarnya kita mendirikan balai pengobatan," ucap dia.
Hingga kini, pengabdian yang Dokter Mangku lakukan didukung oleh banyak orang, termasuk keluarganya.
Baca juga: Kisah Siswi SMP yang Belajar Sambil Berjualan Bakpao di Pom Bensin Tangerang
"Keluarga saya, mereka semua mendukung saya. Semua anak-anak saya," ujar dia.
Kebutuhan sehari-harinya terpenuhi dari honor buku-buku yang ia terbitkan sejak lulus sebagai dokter hewan dan uang pensiun.
Dari pihak klinik, ia menerima uang transport sebesar Rp 100.000 per kedatangan.
Selain itu, teman-temannya juga turut membantu.
"Saya sekarang hidup dari pensiun saya, bantuan teman-teman, dan juga dari anak-anak saya," kata Dokter Mangku.
Dokter Mangku mendapat pendidikan kedokteran hewan di Universitas Gajah Mada. Dia lalu mengambil studi untuk menjadi dokter umum di Universitas Sumatera Utara. Semenjak 1995, Dokter Mangku mulai memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.