Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Paspor dari Calo, Ali Tinggalkan Afganistan demi Cari Suaka di Indoonesia

Kompas.com - 19/09/2019, 12:41 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pencari suaka kini kembali ke area gedung eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (17/9/2019).

Sebelumya, para pencari suaka sempat mengokupasi trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat untuk meminta kepastian tempat tinggal yang nyaman.

Saat masih di Kebon Sirih, seorang pencari suaka dari Afganistan, Ali, bercerita tentang bagaimana ia bisa berlabuh di Indonesia.

Membuka kisahnya, Ali mengaku sudah enam tahun menetap di Indonesia. Selama ini dirinya luntang lantung di jalan tanpa kepastian tempat tinggal.

"Saya ingin ke Indonesia mencari tempar berlindung karena di Afganistan sedang tidak aman, perang dimana-mana," ujar Ali di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Ali ke Indonesia menggunakan pesawat terbang dengan bermodal paspor yang ia beli dari calo paspor. Dia merogoh kocek 7.000 dollar AS untuk keperluan membeli paspor tersebut berikut dengan ongkos tiket pesawat.

"Saya tidak bawa uang banyak, hanya sedikit uang yang saya bawa dari hasil jual mobil di sana (Afganistan)," ucapnya.

Ali memilih Jakarta lantaran Indonesia dekat dengan Australia. Ia mengaku hanya transit di sini.

Laki-laki 24 tahun ini mengaku terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya lantaran keluarganya telah gugur dalam peperangan tak berkesudahan di Afganistan.

"Keluarga saya semua sudah meninggal di sana (Afghanistan). Saya di sini sendiri, hanya punya teman-teman yang senasib dengan saya," kata Ali.

Ali mengatakan, dirinya sempat mengontrak di Cisarua, Bogor selama beberapa bulan bersama teman-temannya yang lain.

Namun, lantaran kehabisan uang ia memilih untuk tinggal di eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat karena tahu adanya penampungan pencari suaka.

Ditanya alasan ia memilih tidur di trotoar, Ali menunjuk ke UNHCR. Ia meminta kejelasan agar dirinya diberikan tempat tinggal yang layak serta makan dan minum yang cukup.

Tidak bisa bekerja di Indonesia pun menjadi dilema tersendiri karena Ali mengaku tak mengetahui bagaimana harus mencari makan dan minum tanpa adanya pekerjaan.

Saat ini ia dan pencari suaka lainnya hanya berharap pemerintah RI dan UNHCR membantunya.

"Kami ingin UNHCR beri kami tempat tinggal dan uang buat kami makan dan minum yang cukup," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com