Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis yang Mengiringi Pembongkaran Industri Pembakaran Arang di Cilincing...

Kompas.com - 20/09/2019, 10:14 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi sebagian warga Cilincing, Jakarta Utara, langit pada hari Kamis (19/9/2019) mungkin lebih cerah dari hari-hari sebelumnya.

Pasalnya, industri pembakaran arang dan peleburan arang yang selama ini mencemari udara mereka sudah tidak lagi beroperasi.

Namun, bagi para pemilik industri, hari itu adalah kelabu. Mereka terpaksa membongkar sendiri cerobong asap yang sudah puluhan tahun jadi tempat mengadu nasib.

Hari itu lebih gelap ketimbang berada di tengah asap.

Air mata para pemilik industri rumahan itu sudah tumpah ketika ratusan aparat pemerintah datang ke lapak milik mereka pada Kamis (19/9/2019) pagi.

Haji Bahar, salah seorang pemilik usaha arang batok langsung memeluk Camat Cilincing Muhammad Alwi begitu ia turun dari mobilnya.

Tak begitu jelas apa yang dia katakan kepada Camat dalam pelukan. Suaranya begitu sendu membuat kata yang keluar sulit dipahami.

Bahar sebenarnya mengaku siap menuruti apa yang diminta pemerintah. Namun yang membuatnya menangis ialah mengingat nasib para buruh yang bekerja padanya.

Baca juga: Industri Arang di Cilincing dari Ancaman Kesehatan sampai Penutupan Pabrik

"Saya punya pekerja kan 75 orang, tapi kalau enggak kerja mau makan apa mereka," kata Bahar kepada wartawan di lokasi.

Pria ini mengaku sudah menjalankan usaha pembakaran arang batok sejak tahun 2003 di lokasi tersebut. Waktu itu, belum ada satu pun warga yang bermukim di sana. Menurutnya, warga lah yang mendekat ke lokasi penuh asap tersebut.

Dulunya, ia bersama 22 pengusaha arang batok lain bisa dengan bebas melakukan pembakaran selama 24 jam.

Namun beberapa tahun belakang mereka terus mendapat protes.

Diprotes warga

Awalnya warga meminta mereka untuk memasang cerobong asap. Bahar pun menurut. Ketika warga meminta untuk mengurangi jam operasi jadi pukul 18.00-06.00 WIB, Bahar juga menurut. Hingga akhirnya kemarin, mereka diminta untuk membongkar tempat usaha mereka.

Meski begitu, Bahar masih yakin bahwa pemerintah akan memberikan solusi terbaik bagi mereka yang mengadu nasib di sana.

"Saya menurut saja sama pemerintah, saya jamin dari hari ini tidak ada pembakaran," ujar Bahar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com