Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani dari Serang, Gabung dengan Mahasiswa Cari Keadilan di Depan Gedung DPR

Kompas.com - 24/09/2019, 14:37 WIB
Walda Marison,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Supendi tampak berdiri tegak di belakang barisan massa. Sambil berdiri, dia mengibarkan bendera Serikat Petani Indonesia (SPI) di tangan kanannya.

Sesekali petani berusia 50 tahun ini teriak mengikuti seruan orator yang sedang membakar semangat massa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (24/9/2019).

Namun tidak jarang dia hanya diam melamun melihat orator teriak sana sini dengan pengeras suara.

Sesekali dia mengernyitkan dahi seraya menahan tajamnya sinar matahari ke arah mata. Maklum saja, siang itu sangat panas.

Bajunya pun tampak lembab di bagian belakang karena cucuran keringatnya.

Dia memang tidak datang untuk beorasi, dia juga tidak naik ke atas mobil komando, tetapi Supendi datang dengan harapan besar.

Dia berserta 30 petani lainnya membawa harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan sang Wakil Rakyat.

Baca juga: Dari Atas Mobil, Mahasiswa Tuntut Bertemu Pimpinan DPR hingga Tarik Mundur Polisi

Jauh-jauh datang dari Serang, dia harus berangkat pukul 23.00 malam, kemarin. Dengan dua mobil yang berisi 30 orang, mereka menyusuri Ibu Kota, bergabung dengan mahasiswa untuk suarakan keadilan.

Mereka mengeluh lantaran tanah yang ditempatinya di Serang diklaim sebagai milik AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia).

Awalnya tanah yang mereka tempati adalah milik kolonial Belanda saat masa penjajahan. Namun setelah merdeka, mereka tidak bisa memiliki tanah tersebut hingga akhirnya diklaim oleh pihak lain.

"Kita kan sekarang sudah merdeka, makanya tanah sekitar 600 hektar itu dikuasai diklaim AURI. Masyarakat hanya sekadar menduduki tanpa status," ucap dia.

Keadaan tersebut sudah dialaminya sejak lahir. Rasanya seperti tinggal di teras rumah orang.

"Kita seperti menumpang di rumah orang," ujar dia.

Baca juga: Demo Mahasiswa di DPR Memanas, Massa Lempar Botol Plastik dan Batu

Bagi dia, momentum demo mahasiswa ini merupakan celah untuk menyuarakan aspirasinya. Momentum bagi kaum mereka yang tidak mengerti hukum guna menuntut keadilan.

"Kalau soal Undang-Undang saya buta, saya enggak tahu apa-apa soal hukum. Saya ke sini hanya mau menuntut hak saya," kata dia polos.

Dia juga sadar betul banyak yang ditinggalkanya demi mengikuti demo ini. Anak, istri, sawah yang harus dia garap pun ditinggal dalam sehari.

Semua demi harapan agar aspirasi didengar.

Meskipun tidak ada jaminan. Suara Supendi di depan gerbang bisa didengar wakil rakyat yang sedang duduk nyaman di dalamnya.

"Saya rela meninggalkan keseharian saya, saya akan menuntut hak saya," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com