JAKARTA, KOMPAS.com - Supendi tampak berdiri tegak di belakang barisan massa. Sambil berdiri, dia mengibarkan bendera Serikat Petani Indonesia (SPI) di tangan kanannya.
Sesekali petani berusia 50 tahun ini teriak mengikuti seruan orator yang sedang membakar semangat massa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (24/9/2019).
Namun tidak jarang dia hanya diam melamun melihat orator teriak sana sini dengan pengeras suara.
Sesekali dia mengernyitkan dahi seraya menahan tajamnya sinar matahari ke arah mata. Maklum saja, siang itu sangat panas.
Bajunya pun tampak lembab di bagian belakang karena cucuran keringatnya.
Dia memang tidak datang untuk beorasi, dia juga tidak naik ke atas mobil komando, tetapi Supendi datang dengan harapan besar.
Dia berserta 30 petani lainnya membawa harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan sang Wakil Rakyat.
Baca juga: Dari Atas Mobil, Mahasiswa Tuntut Bertemu Pimpinan DPR hingga Tarik Mundur Polisi
Jauh-jauh datang dari Serang, dia harus berangkat pukul 23.00 malam, kemarin. Dengan dua mobil yang berisi 30 orang, mereka menyusuri Ibu Kota, bergabung dengan mahasiswa untuk suarakan keadilan.
Mereka mengeluh lantaran tanah yang ditempatinya di Serang diklaim sebagai milik AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia).
Awalnya tanah yang mereka tempati adalah milik kolonial Belanda saat masa penjajahan. Namun setelah merdeka, mereka tidak bisa memiliki tanah tersebut hingga akhirnya diklaim oleh pihak lain.
"Kita kan sekarang sudah merdeka, makanya tanah sekitar 600 hektar itu dikuasai diklaim AURI. Masyarakat hanya sekadar menduduki tanpa status," ucap dia.
Keadaan tersebut sudah dialaminya sejak lahir. Rasanya seperti tinggal di teras rumah orang.
"Kita seperti menumpang di rumah orang," ujar dia.
Baca juga: Demo Mahasiswa di DPR Memanas, Massa Lempar Botol Plastik dan Batu
Bagi dia, momentum demo mahasiswa ini merupakan celah untuk menyuarakan aspirasinya. Momentum bagi kaum mereka yang tidak mengerti hukum guna menuntut keadilan.
"Kalau soal Undang-Undang saya buta, saya enggak tahu apa-apa soal hukum. Saya ke sini hanya mau menuntut hak saya," kata dia polos.
Dia juga sadar betul banyak yang ditinggalkanya demi mengikuti demo ini. Anak, istri, sawah yang harus dia garap pun ditinggal dalam sehari.
Semua demi harapan agar aspirasi didengar.
Meskipun tidak ada jaminan. Suara Supendi di depan gerbang bisa didengar wakil rakyat yang sedang duduk nyaman di dalamnya.
"Saya rela meninggalkan keseharian saya, saya akan menuntut hak saya," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.