Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Ada Tiga Kelompok Demonstran yang Turun ke Jalan

Kompas.com - 26/09/2019, 18:32 WIB
Walda Marison,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh terjadi di Jakarta dalam dua hari berturut-turut.

Kelompok mahasiswa dan pelajar bergantian turun ke jalan. Namun, ada pula kelompok lain di antara mereka.

Pengamat intelijen Ridlwan Habib menilai, ada tiga karakter kelompok yang turun ke jalan beberapa hari terakhir.

Baca juga: 570 Pelajar SMP dan SMA yang Diamankan Polisi Dijemput Orangtua

Mereka adalah kelompok yang murni menolak UU KPK hasil revisi dan sejumlah rancangan undang-undang yang akan disahkan DPR dan pemerintah.

Kemudian, kelompok pencari jati diri/ identitas. Terakhir, kelompok yang punya agenda lain di luar tuntutan demonstran.

"Karakter ketiga ini seperti penunggang gelap terutama agenda ambil alih pemerintahan dan kontra pemegang kekuasaan. Mereka di medsos memainkan tagar #TurunkanJokowi yang dipelopori akun akun anonim," kata Ridlwan di Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Baca juga: Kronologi Kerusuhan Saat Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR Kemarin

Kemunculan karakter ketiga dalam aksi demonstrasi kemarin, terlihat dari beberapa kelompok tidak beridentitas yang menyerukan penurunan Presiden dan mengarahkan isu pada krisis konstitusional.

Mereka memanfaatkan isu RKUHP serta pelemahan KPK sebagai celah menyudutkan pemerintah.

"Kelompok dengan karakter ini tahu karena isu dari kelompok karakter lainnya yang mudah diterima masyarakat, maka mereka bisa menunggang. Karakter ini tidak bisa membuat api baru setelah 22 Mei lalu, sekarang mereka melihat ada potensi api lain yang bisa dibesarkan, " ujar Ridlwan.

Baca juga: BERITA FOTO: Demo Pelajar Brutal, Bakar Motor dan Pos Polisi hingga Blokade Jalan Tol

Untuk karakter pertama, mereka memang murni menyuarakan penolakan terhadap UU KPK dan sejumlah RUU.

Kelompok ini berjejaring juga dengan kelompok masyarakat sipil dengan isu utama perlindungan HAM, keadilan Papua, dan hak atas tanah.

Sedangkan untuk karakter kedua hanya terpancing akan jiwa solidaritas dan provokasi dari medsos tanpa mengetahui tujuan dari aksi tersebut.

"Heroisme demonstrasi salah satu pemikat karakter dua ikutan turun jalan. Mereka berlomba posting InstaStory sebagai bagian dari eksistensi dalam lingkungan pergaulannya," ucap dia.

Kerusuhan terjadi dalam dua hari di Jakarta. Massa bentrok dengan aparat kepolisian hingga malam.

Massa merusak berbagai fasilitas, membakar kendaraan dan pos polisi, memblokade jalan tol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com