Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Mujahid 212 Mulai Berkumpul di Bundaran HI

Kompas.com - 28/09/2019, 09:09 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA PUSAT,KOMPAS.com - Massa yang mengatasnamakan Mujahid 212 Selamatkan NKRI mulai berkumpul, Sabtu (28/9/2019) pagi.

Mereka berkerumun di sekitar bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, sebelum melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta Pusat.

Pantauan Kompas.com, mereka mulai berdatangan sejak pukul 8:00 WIB. Dilengkapi dengan bendera tauhid, mereka berjalan dari berbagai arah menuju bundaran HI.

Baca juga: Sabtu, Muhajid 212 Selamatkan NKRI Bakal Gelar Aksi di Depan Istana

Tak banyak yang dilakukan mereka. Sesekali mereka berhenti menunggu rekan-rekan yang ada di belakang.

"Kalau berdasarkan komando kita diminta untuk berkumpul di sini (bundaran HI) dulu sih. Setelah itu baru ke Istana," ujar Arif salah satu peserta.

Warga Jakarta Timur itu mengaku telah berkumpul sejak 7.30 WIB, bersama puluhan orang lainnya.

"Tadi hanya ada puluhanlah, cuma sekarang udah banyak, sebagian langsung ke patung kuda," katanya.

Saat ini di bundaran HI sudah dijaga petugas kepolisian yang dilengkapi tameng dan tongkat.

Tak ada penutupan jalan yang dilakukan pihak kepolisian. Sebagian polisi mengatur lalu lintas untuk memastikan pengendara dari berbagai arah masih dapat melalui kawasan bundaran HI.

Parade Tauhid Indonesia yang akan digelar hari ini, berubah nama menjadi Muhajid 212 Selamatkan NKRI.

Ketua panitia Ustad Edy Mulyadi, mengatakan, perubahan nama itu menyesuaikan perkembangan situasi dan kondisi yang dinamis.

"Dengan perubahan ini kembali kami menegaskan bahwa umat Islam bersama arus besar perubahan yang digelorakan mahasiswa dan para pelajar SMU. Kami ingin memberikan kontribusi maksimal untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik," kata Ustadz Edi melalui keterangan tertulisnya, Jumat (27/9/2019).

Edi mengatakan, aksi Muhajid 212 Selamatkan NKRI itu akan digelar di depan Istana Negara, Jakarta.

Edi mengatakan, ada beberapa pertimbangan terkait perubahan aksi itu. Pertama, kata dia, aksi mahasiswa yang dihadapi oleh aparat beberapa hari lalu, dilakukan dengan sikap represif.

Akhirnya, banyak menimbulkan korban luka, hilang, bahkan ada yang meninggal dunia.

Kedua, perubahan nama itu lantaran munculnya aksi para pelajar sebagai sebuah fenomena yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam ekskalasi politik di negeri ini.

Ketiga, pihaknya khawatir dengan kerusuhan di Wamena dan Papua. Sebab kerusuhan itu menelan korban puluhan jiwa dan eksodus warga pendatang keluar dari wilayah tersebut.

Keempat, bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat oleh Pemerintah.

Kebakaran tersebut telah menyebabkan ratusan ribu warga terkena pekatnya asap dan menderita sakit infeksi pernapasan (Ispa). Bencana asap juga telah merenggut korban jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com